Lingkungan ibadah haji di Tanah Suci memiliki iklim yang berbeda dengan Indonesia. Bila di tanah air jamaah sudah terbiasa dengan iklim tropis, maka saat berhaji mereka dihadapkan dengan iklim gurun yang ekstrem. Apabila jamaah haji sudah berusia lanjut, maka perlu kondisi tubuh yang prima untuk menghadapi iklim gurun tersebut.
Daerah Hijaz, termasuk Makkah dan Madinah, pada periode haji tahun ini mengalami musim panas. Oleh karena itu, pada siang hari hingga malam hari, cuaca panas akan mengalami peningkatan suhu yang tinggi. Untuk menghindari kelelahan dan kehabisan energi akibat suhu panas yang tinggi, jamaah haji lansia perlu memperhatikan konsumsi air yang cukup.
Mengonsumsi air minum dengan teratur merupakan salah satu cara untuk menjaga energi lansia selama musim panas. Di sisi lain, suhu panas dan keringnya iklim gurun membuat tubuh menjadi jarang berkeringat sekaligus jarang berkemih atau buang air kecil. Namun, konsumsi air pada lansia tetap perlu diperhitungkan agar tidak terkena heat stroke maupun heat exhaustion.
Heat stroke dan heat exhaustion merupakan dua masalah kesehatan utama yang dalami oleh jamaah haji lansia pada musim panas. Keduanya, yang disebut sebagai heat illness, terkait dengan dehidrasi yang berimbas terhadap melemahnya tubuh saat menghadapi cuaca panas. Pada heat stroke, suhu tubuh meningkat hingga lebih dari 40 derajat celcius, sedangkan pada heat exhaustion yang dominan adalah kelelahan karena kehabisan energi dan sakit kepala yang berat.
Baca Juga
Air Hangat untuk Wudhu atau Mandi
Untuk menghindari heat illness dan dehidrasi, maka jamaah haji hendaknya sering minum air dan tidak menunggu rasa haus untuk minum. Artinya, sebelum merasa kehausan, jamaah haji hendaknya tetap menjaga asupan air minumnya. Pada lansia, penting untuk minum sebelum merasa haus karena lansia juga sering tidak merasa haus. Padahal saat itu sebenarnya mereka sudah membutuhkan asupan minuman dan bila dibiarkan maka perutnya benar-benar telah kosong
Minum pada saat perut benar-benar kosong tidak dianjurkan sebagaimana juga tidak disarankan langsung minum setelah perut terisi makanan. Dalam kitab At-Thibbun Nabawi, Al-Hafiz Adz-Dzahabi mengingatkan untuk menghindari minum ketika perut benar-benar kosong. Artinya, sebelum merasakan sangat kehausan, tubuh sudah selayaknya diberi asupan air untuk menjaga proses metabolisme di dalamnya berlangsung dengan tetap baik.
“Hindarilah minum air segera setelah makan atau ketika perut dalam keadaan benar-benar kosong. Siapapun yang meminum air dari sumur akan membuat makanannya tercerna dengan baik. Hindari minum minuman yang sangat dingin karena berbahaya bagi organ pernapasan, terutama setelah makan makanan yang panas, atau setelah makan makanan manis, atau setelah mandi air panas, atau setelah berhubungan suami-istri.” (Al-Hafiz Adz-Dzahabi, At-Thibbun Nabawi, [Beirut, Dar Ihyail Ulum: 1990], halaman 39)
Jika musim panas menyerang mereka, lansia harus minum secara teratur misalnya 2-3 teguk setiap 10 menit sehingga tiap jam bisa mencapai 200-300 ml. Air tersebut tidak hanya berfungsi sebagai minuman dan pendingin tubuh, tetapi juga membantu metabolisme makanan sehingga mengoptimalkan pembentukan energi.
“Dikatakan bahwa Nabi saw bersabda: ‘Minuman terbaik di dunia dan akhirat adalah air.’ Air itu bersifat basah dan dingin sehingga menghilangkan panas dan mempertahankan kelembaban alami tubuh. Ia menyatu dengan makanan dan mempermudah jalan masuknya ke pembuluh darah. Metabolisme dan pencernaan makanan baru sempurna bila berpadu dengannya.” (Al-Hafiz Adz-Dzahabi, At-Thibbun Nabawi, [Beirut, Dar Ihyail Ulum: 1990], halaman 187)
Jamaah haji mesti menghindari air yang sangat dingin, sebab ia berbahaya dan mengakibatkan keparauan serta batuk. Pemakaian terus menerus air yang sangat dingin dapat menimbulkan pendarahan, dahak, dan rasa sakit di dada. Namun, di sisi lain ia baik untuk menangkal uap yang naik ke kepala dan menghilangkan panas tinggi akibat demam.
Baca Juga
Hukum Meminum Air Kencing Unta
Air yang sangat panas menurunkan dorongan seksual, mengendurkan perut, memperlambat, serta mengganggu pencernaan. Air yang hangat baik untuk orang-orang lanjut usia dan orang-orang yang terkena epilepsi dingin serta sakit kepala. Oleh karena itu, air yang sangat dingin maupun sangat panas hendaknya dihindarkan dalam pemakaian air minum untuk dikonsumsi para jamaah haji.
Air panas yang tersedia di penginapan dapat digunakan untuk keperluan hidroterapi, khususnya bagi para lansia. Penggunaan air panas untuk mandi atau merendam bagian tubuh yang mengalami pegal-pegal hendaknya dicampur dengan air yang tidak panas sehingga menjadi hangat. Merendam kaki dengan air hangat merupakan salah satu solusi untuk mengoptimalkan energi mengingat ibadah haji banyak menggunakan kaki secara fisik untuk bergerak dan beribadah.
Merendam kaki dengan air hangat dapat meningkatkan sirkulasi darah di kaki sehingga kaki menjadi lebih siap untuk beraktivitas (Mooventhan dan Nivethitha, 2014, Scientific Evidence-Based Effects of Hydrotherapy on Various Systems of the Body, North American Journal of Medical Sciences, Volume 6 Nomor 5: halaman 199-209). Efek merendam tungkai kaki dengan air hangat selama sekitar 45 menit dapat meningkatkan ketahanan otot sebelum beraktivitas berat. Sebagaimana yang telah diketahui, aktivitas kaki saat ibadah haji memerlukan otot kaki yang kuat dan berenergi.
Peredaran darah pada lansia yang sering tidak lancar dapat mengakibatkan gangguan pembuluh darah yang memperbesar resiko terjadinya heat illness (Abdelmoety dkk, 2018, Characteristics of Heat Illness during Hajj: A Cross-Sectional Study, BioMed Research International, Volume 2018: halaman 1-6). Peredaran darah dipengaruhi oleh konsumsi air dan dapat dilancarkan dengan hidroterapi air hangat. Oleh karena itu, keterangan Al-Hafiz Adz-Dzahabi yang menyebutkan tentang urgensi air untuk menjaga kesehatan pembuluh darah relevan dengan manfaat air untuk jamaah haji.
Air yang terbaik dan mudah ditemui saat ibadah haji adalah air zam-zam. Menurut Nabi saw, air zam-zam merupakan air minum dengan rasa terbaik dan bisa mengobati penyakit. Air zam-zam tersedia baik di Makkah maupun Madinah dalam jumlah yang berlimpah. Tersedia dengan dua pilihan yaitu kondisi dingin/cold dan tidak dingin/not cold. Meskipun air zam-zam yang dingin tersedia lebih banyak, tetapi apabila jamaah jeli akan menemukan air zam-zam yang suhunya netral dengan tanda “not cold” pada kontainernya.
Lansia sebaiknya mengonsumsi air zam-zam yang suhunya netral dari kontainer bertanda “not cold”, yaitu bukan yang dingin. Selayaknya juga lansia menjaga asupan air dalam bentuk minuman tanpa menunggu merasa haus disertai dengan nutrisi lainnya yang mencukupi. Dengan demikian, energi untuk beribadah haji akan senantiasa tersedia meskipun kondisi sudah lansia. Wallahu a’alam bis shawab.
Yuhansyah Nurfauzi, Apoteker dan Peneliti Farmasi