Buleleng, NU Online
Ada suasana menarik di barat pulau Bali, tepatnya di Desa Sumberklampok, sebuah desa paling ujung barat Kabupaten Buleleng. Disini, jika berkunjung pada hari Rabu dan Ahad,kita akan menyaksikan anak anak sedang belajar Bahasa Inggris di tengah hutan.
Kegiatan kursus gratis bagi anak anak Desa Sumberklampok ini sengaja diadakan oleh Kelompok Tani Hutan (KTH) Sawo Kecik, sebuah kelompok pemuda setempat yang peduli akan kondisi lingkungan dan sosial.
Lahan tempat kursus berlangsung, merupakan lahan RPH Bali Utara yang pengelolahannya dipercayakan kepada KTH Sawo Kecik seluas 6,2 Hektar, berbatasan langsung dengan kawasan Taman Nasional Bali Barat (TNBB).
Dengan suasana alam terbuka tersebut, kegiatan kursus menjadi lebih rileks dan menyenangkan. Kini, tercatat ada sekitar 43 anak anak yang dengan aktif mengikuti kursus di Desa yang terisolir dan dikelilingi oleh kawasan hutan tersebut.
Ahmad Yanto, Ketua KTH Sawo Kecik saat ditemui menceritakan awal berdirinya kelompok tersebut. Sambil minum kopi di kedai yang dikelola KTH Sawo Kecik, dengan semangat ia menceritakan bahwa apa yang dilakukan bersama pemuda lainnya merupakan keinginan akan kepeduliannya terhadap lingkungan.
Menurutnya, ia miris melihat kondisi hutan yang mulai tak terawat. Belum lagi maraknya penebangan pohon yang mulai mengancam ekosistem hutan yang terancam punah.
Kesadaran tersebut, juga menjadi kerisauan bersama para pemuda yang tergabung dalam Gerakan Pemuda (GP) Ansor Ranting Sumberklampok, organisasi badan otonom NU, yang kebetulan Yanto pun menjadi anggotanya.
Sehingga, dari GP Ansor ini kemudian membentuk organ taktis yang khusus untuk melakukan konservasi lingkungan hutan dan sosial, yang kemudian diberi nama KTH Sawo Kecik pada tanggal 18 Agustus 2017.
"Jadi, pemuda yang tergabung dalam KTH ini, adalah pemuda-pemuda GP Ansor Sumberklampok, sebagai inisiator dan penggeraknya" tegasnya.
Dari penjelasannya, setelah mendapat respon positif baik dari tokoh masyarakat dan pemerintah desa, ada beberapa kegiatan yang dilakukan KTH Sawo Kecik. Salah satunya adalah adopsi pohon jenis Sawo Kecik, yang ditanam oleh wisatawan dan bagi siapapun yang peduli lingkungan.
Dengan lahan yang cukup luas, KTH Sawo Kecik ini juga membuka bumi perkemahan dan wisata edukasi alam.Di area itu juga, KTH membuka kedai yang menyediakan berbagai minuman dan makanan ringan.
Untuk anak anak setempat, selain melaksanakan kursus Bahasa Inggris gratis, disediakan juga taman baca yang buku bukunya disimpan dalam satu atap dengan kedai.
Dan yang terbaru, pada pertengahan Bulan Desember ini, lahan KTH Sawo Kecik dipercaya untuk ditempati penangkaran burung endemik Jalak Bali, burung langka yang habitatnya di dunia hanya ada di Pulau Bali.
Kedepan, Yanto berharap bisa terus mengembangkan lagi, mengingat sampai saat ini masih sangat terbatas dengan sumber daya manusia dan sumber dana yang dimiliki oleh KTH Sawo Kecik.
"Lahan kita luas, butuh banyak kerjasama dengan pihak manapun yang memiliki misi yang sama, yakni lingkungan dan pemberdayaan sosial berbasis hutan" harapnya sambil meneguk kopi hitam di depannya. (Abaraham Iboy/Muhammad Faizin)