Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sebelas Maret (UNS) Ibrahim Fatwa Wijaya. (Foto: tangkapan layar kanal Youtube NU Online)
Surakarta, NU Online
Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sebelas Maret (UNS) Ibrahim Fatwa Wijaya mengungkapkan bahwa ada tiga hal yang dapat memperbaiki dan mengatasi keterbelakangan dunia Islam.
"Jadi, ada 3 hal yang harus dipelajari dari oleh semua orang mulai dari taman kanak-kanak hingga perguruan tinggi yaitu berpikir kreatif, berpikir inovatif, dan pemecahan sebuah masalah," ucap Ibrahim pada Seminar Nasional Humanitarian Islam di Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta, Jawa Tengah, Rabu (11/9/2024).
Tiga hal tersebut, menurutnya, bisa menghasilkan insan yang berkualitas secara pemikiran dan tindakan.
Sementara jtu, ada tiga pandangan yang berusaha menghubungkan Islam dengan aktivitas sosial ekonomi. Ada yang mengidentikkan Islam dengan keterbelakangan. Ada juga yang menyebut ajaran Islam tidak ada kaitannya dengan kemunduran dunia Islam saat ini. Sebab tidak ada ayat atau hadits yang menyuruh umat islam untuk bermalas-malasan. Ketiga, Islam identik dengan kemajuan di bidang sosial dan ekonomi.
Tiga pandangan ini diulas mendalam oleh Prof Timur Kuran ketika ia membuat sebuah tabel regresi untuk mengetahui sebuah faktor terhadap sesuatu. Setelah diteliti hasilnya negara yang memiliki banyak penduduk Muslim ternyata memiliki pendapatan dengan hasil negatif signifikan yang mengartikan semakin banyak penduduk Muslim di suatu negara, pendapatan per kapitanya turun.
Menurut data populasi, umat Islam di dunia berjumlah 20 persen tetapi sumbangan pendapatannya terhadap dunia hanya 6 persen yang dapat diartikan sangat kecil sekali.
Ibrahim menuturkan jika mengulas pandangan ketiga tentang Islam identik dengan kemajuan menurutnya ada data dan fakta terkait hal tersebut.
"Kalau kita mengulas pandangan ketiga terkait Islam identik dengan kemajuan, sebetulnya ada data fakta pendukungnya seperti pada abad 7 sampai 13 dunia Islam memimpin peradaban dunia, memasok komoditas penting ke Barat," ujarnya.
"Contohnya seperti kertas, mengenalkan angka desimal serta memasok gula, kopi dan lain lain yang menandakan betapa hebatnya dunia Islam pada saat itu," lanjutnya.
Pertanyaan besarnya apa yang membuat Islam menjadi terbelakang?Peta budaya yang disusun Prof Ronald Inglehart menunjukkan budaya negara-negara dengan mayoritas Islam dan berpendapatan rendah lebih tradisional. Sementara hidup mereka dijalankan dengan hanya menghasilkan rendahnya kepercayaan antarpribadi, tidak menekankan pada imajinasi, dan terlalu menekankan kerja keras dan penghasilan yang baik, tetapi bukan sebuah prestasi.
Sementara itu, budaya negara-negara berpendapatan tinggi lebih menekankan ekspresi diri yang membuat lebih berimajinasi, toleransi terhadap keberagaman, dan memiliki kepercayaan antarpribadi.
Ia mengatakan negara yang memiliki mayoritas muslim memiliki tingkat kepercayaan antar seseorang yang rendah dan hal itu membuat masyarakat stuck atau berhenti berkembang dibandingkan negara yang memiliki pendapatan per kapita yang tinggi.
Hal inilah yang membuat masyarakat Indonesia sangat sulit percaya terhadap sesama rekan bisnis menurut Ibrahim Fatwa.
"Contoh dari hal itu orang kita (Indonesia) ketika diajak berbisnis yang dipikirkan pertama kali takut dicurangi oleh rekan bisnisnya sedangkan negara yang kita anggap maju memikirkan hal lain seperti inovasi dan strategi memenangkan persaingan," tutur Ketua Masyarakat Ekonomi Syariah Solo itu.
Menurut teori-teori dari Barat, kurangnya kepercayaan bisa mengurangi terjadinya transaksi ekonomi karena adanya masalah informasi asimetri.
Maka dari itu, kepercayaan bisa meningkatkan keunggulan kompetitif karena tanpa adanya kepercayaan di antara aktor bisnis akan membuat penurunan transaksi ekonomi.
Ia juga menyoroti prinsip yang tertuang di dalam Al-Qur'an yang menekankan pentingnya kepercayaan. "Al Qur'an sendiri melihat pentingnya prinsip kepercayaan karena hal itu merupakan etika atau akhlak yang sangat erat kaitannya dengan nilai moral sebagai inti dari nilai-nilai," ucapnya.
Ada 3 konsep etika dalam Al Qur'an, pertama, etika ketuhanan dalam asmaul husna seperti Al-Aliim (maha mengetahui) tidak ada yang dapat disembunyikan dari Allah, Al-Bashir (maha melihat) semua perbuatan manusia dapat dilihat oleh Allah dan As-Samad (maha dibutuhkan) Allah sebagai tempat meminta dan manusia harus berbuat baik kepada sesama.
Kedua, perilaku manusia kepada Allah (Tawakkal), dan ketiga, etika sosial antar sesama manusia (larangan dan perintah) manusia harus amanah dalam berperilaku.
Faktor kedua, menurut Bernard Lewis, salah satu kemunduran dalam dunia Islam pada saat ini adalah masalah pendidikan. Sebab, dunia Islam karena ketika mempelajari sesuatu hanya membaca dan memahaminya saja, tetapi tidak mengelaborasikan atau mengembangkannya.
Pada zaman dahulu, orang-orang Barat banyak menerjemahkan buku-buku karya ilmuwan muslim. Namun tidak berhenti di membaca serta memahaminya saja, tetapi mereka mengembangkan dan mengkritisi yang membuat orang barat lebih maju pada saat ini daripada dunia Islam.
Dalam hal ini, pendidikan di Indonesia tidak mengajarkan pemecahan masalah sejak dini yang seharusnya dipelajari untuk membangun karakter seorang anak.
Ibrahim mengungkapkan orang tua harus bisa mendidik anak dengan pola yang benar. "Maka dari itu inti pada pokok permasalahan ini para orang tua harus mendorong ananya agar mempelajari berpikir kreatif, Berpikir inovatif dan pemecahan sebuah masalah sedini mungkin meskipun sedikit terlambat," pungkasnya.