Pringsewu, NU Online
Bulan Ramadhan di setiap daerah memiliki suasana yang berbeda-beda. Di daerah perkotaan, sudah jarang terlihat aktivitas anak-anak bermain dolanan (mainan) tradisional untuk mengisi waktu dan menyemarakkan bulan puasa. Banyak anak-anak perkotaan yang menghabiskan waktunya dengan permainan-permainan modern berbasis gadget.
Sementara di daerah perdesaan masih lazim dijumpai berbagai aktivitas permainan yang melibatkan banyak anak-anak di waktu-waktu khusus. Waktu favorit untuk bermain berbagai dolanan tradisional ini seperti pagi hari setelah shalat Subuh, sore hari jelang bedug Maghrib, dan malam hari setelah shalat Tarawih.
Berikut sembilan dolanan favorit anak-anak kampung yang masih eksis dan sering dimainkan untuk mengisi waktu puasa sekaligus memiliki banyak manfaat dalam melatih fisik, kerja sama, dan persahabatan.
Tiduran
Bagi yang tidak tahu permainan tiduran, mungkin beranggapan dolanan ini semacam aktivitas tidur di siang hari. Namun, ternyata dolanan ini jauh dari aktivitas tidur. Tiduran adalah permainan sekaligus budaya menabuh bedug dan kentongan yang sering dilakukan anak-anak, terkadang orang dewasa, di kampung sesaat setelah shalat Tarawih.
Dolanan ini dilakukan untuk mengiringi shalawatan atau syair-syair tertentu dengan berbagai macam variasi pukulan yang menghasilkan musik layaknya peralatan musik perkusi. Di beberapa pesantren, tiduran sering dikolaborasikan dengan syair-syair atau bait-bait kitab klasik seperti Alfiyah, sharaf, jurumiyah, dan sebagainya untuk mempertahankan hafalan para santri.
Permainan ini dilakukan secara bergantian oleh anak-anak yang memiliki kekuatan fisik, kelincahan tangan, dan seni perkusi yang baik. Terkadang permainan ini dilakukan secara tim dengan tambahan berbagai alat-alat sederhana lainnya seperti ember, piring, gelas, dan sejenisnya.
Terkadang permainan tiduran juga digunakan anak-anak desa yang sering tidur di masjid dan mushala untuk membangunkan warga masyarakat guna melakukan sahur. Selain dimainkan di masjid, mereka juga membawa dan memainkan permainan tiduran ini keliling kampung pada dini hari.
Gateng
Gateng merupakan dolanan yang sering dilakukan oleh anak-anak perempuan. Permainan ketangkasan menangkap dan mengatur biji batu ini sering dilakukan saat sore hari. Umumnya dolanan ini menggunakan batu kerikil atau biji buah seukuran kerikil sebagai alat permainannya.
Namun seiring perkembangan zaman, kerikil batu diganti dengan berbagai macam jenis barang lainnya seperti kelereng, cangkang kerang laut (krece) atau sejenisnya. Saat ini, gateng juga sudah dikolaborasikan dengan tambahan bola bekel sebagai bola utama permainan.
Permainan ini dilakukan secara bergiliran. Artinya anak-anak yang belum mendapat giliran bermain harus sabar menunggu sampai temannya melakukan kesalahan. Permainan ini melatih ketangkasan menangkap dan menata biji-biji batu. Sistemnya adalah dengan melempar biji utama ke udara dan saat itu juga pemain harus menata biji batunya sesuai kesepakatan bersama.
Engklek
Engklek lazim dimainkan oleh anak-anak perempuan, namun terkadang anak laki-laki juga ikut bergabung. Permainan ini termasuk populer dan terkadang masih dijumpai di perkotaan. Di desa, permainan ini dilakukan dengan menggambar kotak-kotak terlebih dahulu di tanah atau lantai. Setiap peserta harus memiliki bekal yang disebut gacuk yang biasanya dibuat dari pecahan genting.
Permainan yang biasa dilakukan pada pagi dan sore hari selama puasa ini diawali dengan melemparkan gacuk pada petak-petak kotak. Pemain kemudian melompat dari petak satu ke petak lainnya dengan satu kaki kecuali petak yang terisi oleh gacuk.
Pemain yang sukses menyelesaikan lompatan-lompatan tanpa menginjak garis akan berhak atas satu petak yang akan digambar bintang sebagai tanda kepemilikan.
Betengan
Betengan juga merupakan dolanan yang masih populer sampai saat ini. Permainan ini membutuhkan fisik dan kecepatan berlari setiap pemainnya. Betengan dimainkan oleh dua grup besar yang terdiri dari 4-8 anggota. Setiap grup ini memiliki markas atau benteng yang biasanya berupa batu yang diinjak atau pohon yang dipegang.
Semua anggota grup akan mempertahankan bentengnya agar tidak tersentuh oleh lawan. Para anggota lain juga harus menyelamatkan teman grupnya yang tertawan di benteng lawan. Jika grup lawan bisa menyentuhnya sambil meneriakkan "Benteng," maka kelompok tersebutlah yang menang.
Permainan ini terkadang dilakukan bukan hanya di siang hari. Di malam hari pun anak-anak di kampung sering memainkannya dengan memanfaatkan gelapnya malam untuk bersembunyi dan fisik yang kuat setelah berbuka puasa.
Kasti
Dalam dolanan kasti ada kompetisi antar dua grup yang terdiri dari beberapa pemain. Satu grup bertugas sebagai pemukul dan satu grup bertugas menangkap bola kasti yang dipukul. Pemain yang memiliki giliran memukul harus memiliki strategi dan taktik agar bola yang dipukulnya tidak tertangkap lawan sehingga ia bisa sampai ke pos-pos yang yang sudah ditentukan.
Di sebagain daerah, bola yang tertangkap langsung dilemparkan ke pemukul yang berlari ke pos-pos yang ada. Namun di daerah lain, teknik ini diganti dengan melempar bola yang ditangkap ke benda tertentu seperti drum atau ember.
Permainan ini memerlukan kelincahan dan fisik yang kuat sehingga dolanan ini sering dilakukan pada pagi hari setelah muncul matahari.
Lompat Tali
Lompat tali adalah dolanan anak kampung dengan menggunakan karet gelang yang dirangkai memanjang sehingga menyerupai tali. Ada dua model permainan menggunakan tali karet ini yakni dengan melompati tali sesuai ketinggian yang telah ditentukan ataupun melompat-lompat menghindari tali yang diputar-putar oleh lawan.
Bagi kelompok yang tidak sanggup melewati ketinggian tali dengan melompatinya maka dinyatakan kalah. Begitu juga bagi kelompok yang tersangkut kakinya saat tali diputar-putarkan juga dinyatakan kalah.
Permainan ini tidak perlu membutuhkan banyak peralatan ataupun anggota. Cukup tali karet dengan empat atau enam pemain sudah bisa memainkan dolanan ini.
Panggalan
Permainan ini sudah jarang dimainkan oleh anak-anak perkotaan. Permainan yang sering dilakukan anak laki-laki ini dilakukan di tanah halaman dengan setiap pemainnya membawa alat bernama panggalan atau semacam gasing. Alat ini biasanya dibuat sendiri dari batang kayu pohon yang memiliki tekstur kuat karena akan diadu dengan panggalan lawan.
Dimainkan dengan memutarnya menggunakan tali khusus, permainan ini membutuhkan ketepatan lemparan untuk mematikan putaran panggalan lawah. Jika pemain bisa menghentikan putaran panggalan lawan, maka ia akan memenangi permainan.
Di sebagian daerah, panggalan yang dimainkan ini ditambah besi berupa paku diujungnya agar ketika dihantamkan, panggalan lawan bisa pecah.
Gobag Sodor
Gobag Sodor juga menjadi permainan favorit anak-anak di bulan puasa. Permainan dengan sistem menghadang lawan agar tidak bisa lolos melewati garis ke baris terakhir secara bolak-balik ini, sering dimainkan bersama-sama oleh anak laki-laki dan perempuan.
Permainan yang sangat populer ini diawali dengan menentukan lokasi permainan yang digambar di tanah atau lantai berupa segi empat berukuran 9 x 4 meter. Kotak ini dibagi menjadi enam bagian. Ada yang berperan menghadang lawan dan ada yang berperan melewati hadangan sampai dengan kotak akhir tanpa tersentuh.
Permainan ini sering dilakukan di halaman masjid atau mushala baik pada malam hari maupun pagi hari. Ketika cuaca sore hari tidak terlalu panas, anak-anak juga sering memainkannya.
Kelereng
Permainan kelereng atau disebut dir-diran di Jawa Tengah ini mungkin permainan yang paling populer di kalangan anak-anak. Permainan yang membutuhkan kemampuan membidik dan menjentik ini banyak dimainkan di pekarangan rumah sambil menunggu buka puasa.
Ada banyak cara yang dimainkan dalam permainan kelereng. Ada yang menggunakan pola garis, lingkaran, batu, dan lain-lain. Intinya siapa yang terampil membidik kelereng lawan, ialah yang akan menjadi pemenang.
Selain melatih kemampuan motorik, permainan kelereng juga mampu melatih konsentrasi, taktik, dan juga mengendalikan emosi serta melatih kepekaan sosial.
Bagi sebagian daerah, kelereng yang biasanya terbuat dari bahan kaca, diganti dengan biji-bijian bulat seperti biji kelengkeng ataupun biji batu sungai.
Penulis: Muhammad Faizin
Editor: Kendi Setiawan