Nasional

Ahli Tata Kota Jelaskan Kemungkinan Jabodetabek Bebas Banjir

Kamis, 6 Maret 2025 | 22:00 WIB

Ahli Tata Kota Jelaskan Kemungkinan Jabodetabek Bebas Banjir

Para pengendara motor sedang berupaya melintasi banjir yang melanda Kota Bekasi, pada Selasa (4/3/2025). (Foto: NU Online/Suwitno)

Jakarta, NU Online

Ahli Tata Kota Marco Kusumawijaya menjelaskan kemungkinan area Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek) dapat terbebas dari banjir.


Diketahui, pada Senin-Selasa (3-4/3/2025) lalu sebagian besar wilayah di Jabodetabek terendam banjir akibat kiriman air dari Bogor dan curah hujan yang tinggi.


"Saking rutinnya banjir, banyak orang tergoda untuk bertanya: apa mungkin Jakarta bebas banjir? Nadanya mengharapkan jawaban negatif," katanya saat dihubungi NU Online, Kamis (6/3/2025) sore.


Penulis Kota-Kota Indonesia: Pengantar untuk Orang Banyak itu menjelaskan sebetulnya secara teknis tidak ada yang tidak mungkin dalam mengatasi banjir.


Setidaknya, kata Marco, terdapat empat masalah penyebab banjir yaitu air permukaan yang meningkat terus dari kawasan hulu, air permukaan yang meningkat terus di Jakarta sendiri, permukaan air laut yang terus meninggi, dan menurunnya tanah Jakarta hingga 18 cm per tahun.


Menurut Marco, meskipun solusi teknis untuk mengatasi banjir sebenarnya memungkinkan, tetapi tantangan terbesar terletak pada kesepakatan politik dan kesiapan pemerintah untuk mengalokasikan anggaran serta melakukan perubahan struktural.


"Sangat mungkin pula diperlukan kelembagaan baru yang inovatif, sebab kini kita tahu skala dan cakupan kegiatan yang harus dilaksanakan sangat besar, tidak mungkin dipecah-pecah kepada berbagai dinas berbeda seperti sekarang ini. Kita juga tahu bahwa solusi tidak mungkin hanya dicapai Jakarta. Wilayah kerja air mencakup Jakarta dan kabupaten-kabupaten sekitarnya," jelas Marco.


Lebih dari itu, ia mengingatkan terhadap solusi untuk pelestarian, yaitu dengan dengan tegas memulihkan kapasitas alam menyerap air di hulu maupun di hilir.


Tak hanya itu, perlu dilakukan pendekatan ekologis yang bersifat konservasi air yang berarti secara aktif mengurangi run-off (air permukaan) di semua sektor, sambil secara aktif pula meningkatkan kemampuan alam menyerap air.


"Lebih berat dari itu adalah terus menjaga keseimbangan tersebut, tiap-tiap pembangunan fisik baru harus diperhitungkan secara saksama dan akurat kompensasinya terhadap tata air," jelasnya.


Marco berharap, seluruh warga dan pemimpin dapat bersama-sama mengambil keputusan yang matang dan melakukan eksekusi yang tuntas, seraya mengingatkan pentingnya kesadaran ekologis dalam kehidupan sehari-hari.


Marco menegaskan bahwa musibah banjir juga memberi banyak pelajaran, yakni mengungkap kerusakan lingkungan, memperlihatkan ketidakseimbangan sosial-politik, dan memperlihatkan kesatuan masyarakat dalam menghadapi bencana.


"Keadaan yang sudah begini parah mendorong saya membayangkan suatu gerakan, disiplin, keseriusan dan keterlibatan sebagaimana ditunjukkan orang Jepang dalam membangun kebiasaan menghadapi bencana," terangnya.