Nasional

Akademisi Internasional Kunjungi Candi Prambanan dan Borobudur pada Rangkaian Konferensi Humanitarian Islam

Ahad, 10 November 2024 | 16:30 WIB

Akademisi Internasional Kunjungi Candi Prambanan dan Borobudur pada Rangkaian Konferensi Humanitarian Islam

Peserta Konferensi Internasional Humanitarian Islam mengunjungi Candi Borobudur di Sleman Yogyakarta, Sabtu (9/11/2024) pagi. (Foto: NU Online/Indiraphasa)

Sleman, NU Online
Para akademisi partisipan Konferensi Internasional Humanitarian Islam yang diselenggarakan oleh Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) mendapatkan kesempatan untuk menjelajahi beberapa situs bersejarah di Yogyakarta dan Magelang pada Jumat dan Sabtu, 8-9 November 2024.

 

Kunjungan ini adalah bagian dari rangkaian acara konferensi yang bertujuan memperkenalkan nilai-nilai kemanusiaan dalam Islam, serta menyoroti harmoni budaya dan toleransi yang terjalin erat di Indonesia.


Rangkaian kunjungan dimulai pada Jumat (8/11/2024) sore, saat para peserta mengunjungi Candi Prambanan, salah satu kompleks candi Hindu terbesar di Asia Tenggara. Mereka diperkenalkan pada sejarah Prambanan yang mencerminkan diamika budaya antara Hindu di masa lampau.


Selama tur, peserta juga mengelilingi Candi Sewu, candi Buddha yang masih berada dalam kompleks Prambanan. Candi yang berjarak 800 meter di sebelah utara Candi Prambanan tersebut menunjukkan adanya keharmonisan antara budaya Hindu dan Buddha, yang sejalan dengan nilai toleransi yang diusung oleh konferensi.


Rangkaian kunjungan situs bersejarah berlanjut pada Sabtu (9/11/2024) pagi. Rombongan mengunjungi Candi Borobudur, candi Buddha terbesar di dunia dan salah satu keajaiban arsitektur kuno. Di tengah tur keliling Borobudur, CEO Center for Shared Civilization Values (CSCV) yang tergabung dalam rombongan konferensi, Holland Taylor, tertarik dengan sebuah relief yang menggambarkan sosok berkumis.

 

"Mengapa ada relief yang berkumis?" tanya pria yang diketahui telah berganti nama menjadi Mohammad Cholil tersebut.


Saat bertanya mengenai alasan di balik ciri khas relief tersebut, pemandu menjelaskan bahwa gambar-gambar di dinding Candi Borobudur dibuat berdasarkan manuskrip kuno dari India. Ini berarti relief tersebut tidak hanya merepresentasikan masyarakat Asia Tenggara pada masa itu, tetapi juga pengaruh masyarakat India, menunjukkan akulturasi budaya yang kaya.


"Relief yang dipahat itu sesuai dengan manuskrip dari India. Tidak semua relief yang terpahat di dinding candi merepresentasikan orang Asia Tenggara, tetapi juga ada orang India,” jelas pemandu.

 

Setelah dari Borobudur, para peserta melanjutkan perjalanan ke Candi Mendut, candi Buddha kecil yang masih memiliki hubungan dengan Borobudur. Di sana, mereka juga mengunjungi Vihara Mendut, sebuah tempat suci bagi penganut Buddha yang terletak dekat dengan Candi Mendut tepatnya di Jalan Mayor Kusen, Sumberrejo, Mendut. Mungkid, Magelang, Jawa Tengah.

 

Profesor riset di Netherlands Institute for Advanced Study in the Humanities and Social Sciences at the Royal Academy of Arts and Sciences of the Netherlands Miriam Kunkler menilai bahwa eksistensi situs-situs bersejarah agama Hindu dan Budha yang terawat dengan baik di negeri dengan populasi Muslim terbanyak di dunia ini mencerminkan aplikasi toleransi dan nilai-nilai kemanusiaan telah menjadi dasar dari keberagaman budaya Indonesia.


"Bagus sekali, segalanya sangat harmonis," jelasnya.