Nasional

Alissa Wahid: Perjuangan Menegakkan Keadilan dan Demokrasi selalu 'Berdarah-darah'

Senin, 10 Desember 2018 | 15:30 WIB

Alissa Wahid: Perjuangan Menegakkan Keadilan dan Demokrasi selalu 'Berdarah-darah'

Alissa Whaid Bersama Presiden Tsai Ing Wen (Taiwan News)

Jakarta, NU Online
Perjuangan Jaringan Gusdurian dalam membela kelompok minoritas mendapat pengakuan tidak hanya di dalam negeri saja, namun kali ini pengakuan datang dari komunitas regional Asia. Jaringan yang dipimpin putri sulung KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) ini mendapat perhargaan berupa The Asia Democracy and Human Right Award dari The Taiwan Foundation for Democracy (TDF).

Koordinator Jaringan Gusdurian mengatakan bahwa perjalanan menegakkan Hak Azasi Manusia dan demokrasi bukan perjuangan yang mudah. "(Menegakkan) Keadilan dan demokrasi bukan pekerjaan enteng. Perjuangan menegakkannya melalui jalan yang menyakitkan. Namun begitu kita tidak boleh menyerah begitu saja," kata Alissa Wahid seperti dikutip Taiwan News, di Taipe, Senin (10/12). 

Perjuangan penegakan keadilan, HAM dan demokrasi yang dilakoni Alissa Wahid bersama dengan jaringan Gusdurian adalah perjuangan panjang yang dimulai oleh pendahulunya, Gus Dur sejak dahulu. 

Sejak era Orde Baru, Gus Dur sudah masyhur melalui sepak terjangnya dalam memperjuangkan keadilan, demokrasi dan hak kaum yang didiskriminasi, seperti kelompok minoritas agama, suku, gender dan kelompok lain. Sebagai orang yang sangat dekat dengan ayahnya, Alissa tahu betul betapa 'berdarah-darahnya' memperjuangkan demokrasi dan keadilan di bawah rezim Orde Baru dengan kekuatan militernya. 

Perjuangan saat ini pun tak kalah beratnya. Sebab saat ini, nama Tuhan dan agama kerap dikapitalisasi dan 'digunakan' untuk kepentingan politik untuk mendiskriminasi kelompok lain. Dalam konteks demikian, lanjutnya, Jaringan Gusdurian bekerja bersama denga kelompok-kelompok lain yang memiliki kesamaan visi dalam memperjuangkan hak kelompok minoritas.

Dalam kesempatan yang sama, Presiden Republik Tiongkok Tsai Ing Wen mengapresiasi langkah Jaringan Gusdurian dalam melakukan dialog dengan berbagai kelompok agama dan etnis yang berbeda. "Menggelar dialog antara kelompok agama dan etnis yang berbeda selalu menjadi mekanisme terbaik dalam membangun masyarakat yang demokratis," ujarnya. 

Ia menganjurkan pada negara-negara yang memiliki visi yang serupa untuk melakukan kerja sama di bidang penegakan HAM dengan membangun platfrom bersama untuk membangun jaringan dan terus berbagi nilai-nilai kemanusiaan. "Kerja sama internasional adalah cara terbaik untuk memperingati HAM dunia dan mewujudkan ketentuan yang tercantu dalam deklarasi HAM," pungkasnya. (Ahmad Rozali)


Terkait