Alissa Wahid Sebut Gus Dur Selalu Melihat Sesuatu dari Kacamata Prinsip
Ahad, 26 November 2023 | 12:00 WIB
Koordinator Nasional Jaringan Gusdurian Alissa Wahid saat Rakernas 2023 di Depok, Jumat (24/11/2023). (Foto: Gusdurian)
Depok, NU Online
Koordinator Nasional Jaringan Gusdurian Alissa Qotrunnada Wahid mengungkapkan bahwa KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) selalu melihat sesuatu dari kacamata prinsip.
“Gus Dur itu selalu melihat sesuatu dari kacamata prinsip, tidak terikat pada kasus atau konteks atau isu atau tema, tetapi selalu prinsip yang menjadi pegangan beliau,” ujarnya pada Refleksi Jaringan Gusdurian 1 Tahun dalam Rakernas 2023 di Wisma Hijau, Jumat (24/11/2023).
Baca Juga
Syarah 9 Nilai Utama Gus Dur
Dengan begitu, menurut Alissa, Gus Dur akan bersikap jika ada sesuatu yang tidak sesuai dengan prinsipnya (yang sekarang terwujud dalam 9 nilai utama Gus Dur). Karenanya, tahun pertama mulai mengeksplorasi Gusdurian, Alissa kebingungan, mana yang mau dilanjutkan.
Hal Itu yang membuat Alissa berkonsultasi dengan sahabat-sahabat Gus Dur, terutama Gus Mus, Greg Barton, Djohan Effendi, dan lainnya. "Semua saya temui, dan mereka semua menyarankan kumpulin saja. Itulah yang akhirnya membuat kita menemukan sembilan nilai utama Gus Dur. Itulah yang menjadi panduan kita,” terangnya.
Ia berharap, apapun situasi yang dihadapi oleh Jaringan Gusdurian, jika itu terkait dengan nilai-nilai yang ada di dalam sembilan nilai utama Gus Dur, maka kita perlu bereaksi atau merespon, dan sembilan nilai utama itulah digunakan sebagai cara pandang.
“Nah, karena itu saya berharap nilai tersebut dipegang oleh teman-teman Gusdurian dan tugas utama kita di Jaringan Gusdurian adalah memperkuat nilai-nilai tersebut dalam masyarakat. Memperkuat nilai kesetaraan, memperkuat nilai pembebasan dari penindasan, memperkuat nilai kemanusiaan, keadilan, itu kita perlu perkuat,” harapnya.
Ia mencontohkan kasus-kasus perundungan saat ini, bagaimana anak-anak kecil di Indonesia hidup dengan nilai penindasan, mereka melihat menjadi pemenang sebagai cara untuk mendominasi orang lain. Karena kekerasan, mereka menyimpan nilai itu bahwa cara untuk menjadi pemenang adalah dengan menjadi penindas orang lain.
“Tetapi kalau kita bisa meningkatkan nilai kemanusiaan, nilai keadilan, lalu pembebasan dari setiap bentuk penindasan, maka harapan kita orang tidak mudah untuk membully, seperti itu,” imbuhnya.
Lebih lanjut, ia berpesan untuk memperkuat sembilan nilai utama Gus Dur. Ia pun menjelaskan karena ketika bicara toleransi, nilai yang mendahului toleransi adalah sembilan nilai utama Gus Dur yaitu, keadilan kesetaraan, penghormatan kepada orang lain.
“Apapun konteksnya yang teman-teman hadapi saat ini, kita larikan ke sembilan nilai utama Gus Dur. Barangkali memang itu yang harus dilakukan memperkuat nilai-nilai tersebut di masyarakat secara luas. Nanti teknisnya, metodologinya, bisa kita bicarakan bersama -sama. Caranya bagaimana? Apakah yang ada masuk ke pendidikan, politik, apakah ada yang masuk ke masyarakat sipil, dan seterusnya, itu bisa kita bicarakan,” pungkasnya.
Sementara itu, Dekan Fakultas Islam Nusantara Universitas Nahdlatul Ulama Indonesia (Unusia) Ahmad Suaedy mengungkapkan bahwa jika bicara soal politik dan kemanusiaan Gus Dur, maka yang ada di dalam diri Gus Dur hanya kemanusiaan, tidak ada kepentingan politik.
“Saya kira hanya kemanusiaan yang ada di dalam kepala Gus Dur, tidak ada kepentingan politik. Beliau memilih daripada mengorbankan prinsip, lebih baik mengorbankan kekuasaan,” ujar Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) itu.