Alissa Wahid Tegaskan Debat Capres-Cawapres Jadi Jembatan Komunikasi Membangun Bangsa, Begini Etikanya
Jumat, 12 Januari 2024 | 14:00 WIB
Jakarta, NU Online
Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Alissa Qotrunnada Munawaroh Wahid menegaskan bahwa ajang debat bagi calon presiden dan calon wakil presiden (capres-cawapres) menjadi jembatan komunikasi untuk membangun bangsa. Sebab di dalam forum debat, para kontestan pemilihan umum (pemilu) itu mampu beradu ide dan gagasan.
"Dalam perdebatan sebetulnya kita ini ingin beradu gagasan beradu ide. Harusnya perdebatan itu membantu kita untuk saling memahami sudut pandang yang berbeda," jelas Alissa kepada NU Online di lantai 5 PBNU, Jalan Kramat Raya 164, Kamis (11/1/2024).
Alissa kemudian menjelaskan etika-etika debat yang harus diperhatikan oleh para capres-cawapres. Ia menegaskan bahwa debat yang digelar oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) terdapat tindakan saling menjatuhkan antar-pasangan calon (paslon) maupun pendukung. Alissa berharap, pada debat berikutinya hal itu tidak perlu terjadi.
"Kalau dalam kontestasi pemilu itu tentu saja debat berpotensi besar untuk ujungnya jadi saling menjatuhkan. Bagian yang ini memang tricky, melipir jurang. Artinya, orang alih-alih (berdebat untuk) menguji gagasan malah digunakan untuk menjebak atau menjatuhkan. Bagian ini yang menjadi tantangan kita," jelas Alissa.
Putri Sulung KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) itu berharap di dalam forum debat, para capres maupun cawapres dapat menyampaikan gagasan sehingga dapat menjadi pertimbangan bagi publik, masyarakat, atau umat untuk memilih. Jika fokus menyampaikan gagasan, maka tidak ada waktu yang terbuang hanya untuk saling menuding dan menjatuhkan.
"Jadi kalau waktunya dihabiskan hanya untuk menjatuhkan, ya berat. Misalnya, menggunakan istilah yang susah dipahami, itu boleh tapi etikanya lebih baik jangan karena kita tidak bisa mengukur pemahaman gagasannya. Itu untuk etika debat begitu," ungkap Koordinator Nasional Jaringan Gusdurian itu.
Alissa juga mengingatkan seluruh capres dan cawapres agar dapat mempersiapkan data yang baik, sehingga debat-debat selanjutnya lebih bisa mengarahkan ke dalam pembahasan yang substansial.
"Saya ingin mengingatkan kepada kontestan bahwa bagaimana pun debat yang para kontestan lakukan adalah debat yang dilakukan untuk kontestasi mendapatkan kekuasaan. Bagaimana kita menjawab dalam tekanan, sedang terdesak, kita cuma punya waktu sekian menit. Itu yang harus dipersiapkan untuk lebih baik sehingga tidak seenaknya," pungkas Alissa.