Kiai Nur Hannan dalam sabutannya pada kongres Dewan Mahasantri (Dema) Amali ke-3 di Ma’ad Aly Al-Iman. (Foto: Istimewa)
Jakarta, NU Online
Ma’had Aly merupakan perguruan tinggi berbasis pesantren yang secara strata pendidikan sama dengan sarjana pada mumnya. Hanya saja, meski takhassusnya cukup beragam, semua lulusan Ma’had Aly akan menyandang gelar yang sama, yaitu sarjana agama (S.Ag.).
Ketua Asosiasi Ma’had Aly Indonesia (Amali) KH Nur Hannan menyampaikan bahwa kader-keder lulusan Ma’had Aly akan menjadi penjaga marwah sarjana agama. Sebab menurutnya, sebagai intelektual santri dengan penguasaan kitab kuning mumpuni, para mahasantri yang menyandang gelar S.Ag. nantinya bukan sebatas formalitas, tetapi juga diimbangi dengan kualitas.
“Marwah gelar S.Ag. ini harus dikembalikan ketika disandang oleh Mahasantri Ma’had Aly untuk betul-betul mampu menunjukkan kualitas dan kompetisi yang layak,” kata Kiai Nur Hannan dalam sabutannya pada kongres Dewan Mahasantri (Dema) Amali ke-3 di Ma’ad Aly Al-Iman, Desa Bulus, Kecamatan Gebang, Kabupaten Purworejo, Provinsi Jawa Tengah, Selasa (22/2/2022) malam.
“Sarjana Ma’had Aly ini tidak hanya bisa membaca Al-Qur’an, tetapi juga (bisa) membaca kitab kuning yang menjadi kekhasan dan tradisi di pesantren di Indonesia,” imbuhnya.
Dalam kesempatan itu, Kiai Nur Hannan juga menyampaikan harapannya kepada seluruh keder Ma’had Aly agar bisa mengambil peran penting di ruang publik terutama dalam menghadapi Indonesia Emas pada 2045 mendatang yang ditandai dengan bonus demografi, yaitu ketika jumlah usia produktif lebih mendominasi dibanding usia non produktif.
“Ma’had Aly tentu mempunyai peran yang sangat strategis dan sangat besar untuk memberikan kontribusi yang maksimal demi mencapai Indonesia Emas (2045) yang akan datang. Terutama dalam menyiapkan para pemuda untuk menjadi calon-calon pemimpin bangsa di masa depan,” papar Pengasuh Pondok Pesantren al-Hasyim, Mayangan, Jogoroto, Jombang, Jawa Timur itu.
Menurutnya, mahasantri Ma’had Aly bisa mewujudkan harapan tersebut jika mereka memiliki budaya belajar yang tinggi, produktivitas yang mumpuni, dan akhlak yang dijunjung tinggi. Berkaitan dengan akhlak, ia mengatakan bahwa bekal ini yang paling urgen. Sebab, bangsa Indonesia sudah banyak orang pintar, tapi belum banyak yang memiliki moral luhur, terutama soal kejujuran.
“Indonesia ini tidak kekurangan orang yang pintar, tidak kekurangan orang intelektual. Tetapi mengapa Indonesia belum mampu menjadi negara yang maju dan kuat? Karena nilai moral belum menjadi karakter bangsa ini,” katanya mengutip almarhum KH Salahuddin Wahid.
“Mudah-mudahan sebagian besar dari alumni-alumni Mahsantri Ma’had Aly ini betul-betul akan menjadi pemimpin-pemimpin Indonesia yang berkualitas dan bermartabat. Amin,” imbuhnya.
Saat menyampaikan sambutan, tampak Kiai Nur Hannan mengenakan jas almamater Amali berwarna biru dongker dengan peci berwarna cokelat tua berbahan rotan. Selain itu, ia juga mengenakan sarung berwarna putih.
Sebelumnya diinformasikan bahwa acara kongres tersebut resmi dibuka pada Selasa (22/2/2022) malam dengan menabuh rebana.
Penabuhan rebana tersebut diwakilkan oleh empat orang, yaitu Ketua Asosiasi Ma’had Aly Indonesia (Amali) KH Nur Hannan, Pengasuh Pesantren Al-Iman KH Hasan Agil Ba’abud, Mudir Ma’ad Aly Al-Iman Kiai Nasrudin, dan Kepala Kementerian Agama Kebupaten Purworejo H Fatchur Rochman.
Kontributor: Muhamad Abror
Editor: Syamsul Arifin