Angkat Pancer Kebudayaan, Lesbumi Terinspirasi Sunan Kalijaga
Kamis, 22 Juni 2023 | 23:30 WIB
Jakarta, NU Online
Peringatan puncak harlah Lesbumi ke-63 di Pusat Perfilman Haji Usmar Ismail (PPHUI) Jalan Rasuna Said, Jakarta Pusat, Kamis (22/6/2023) malam mengangkat tema Mencari Pancer Kebudayaan di Tengah Percaturan Ideologi.
Dalam sambutannya Ketua Lesbumi PBNU KH Jadul Maula mengatakan bahwa tema tersebut merupakan adaptasi dari filsafat budaya Sunan Kalijaga.
"Itu terkait filsafat budayanya Sunan Kalijaga terkait dengan manusia, pancer itu adalah jati diri kita, ruh kita semua adalah pancer. Ketika lahir di dunia itu ada sedulur 4, 5 pancer, kalau secara alami ya ada air ketuban ari-ari, darah, dan tali pusar," ujarnya.
Menurut Kiai Jadul Sedulur 4, 5 pancer juga melambangkan 4 unsur alam yaitu air, tanah, udara, dan api. "Di dalam ilmu ke-Islaman menambahkan 4 nafsu, yaitu nafsu amarah, nafsu supiyah, nafsu lawwamah dan nafsu mutmainah," tegasnya.
"Ini sedulur 4, 5 pancer menjadi satu kesatuan. Lah ini 4 saudara dengan satu pancer yang kuat mendefinisikan kemanusiaan kita akan utuh itulah harapan kita semua diibaratkan dengan kelahiran manusia ada 4 saudara 1 pancer. Kalau kelimanya tidak menjadi satu kesatuan yang utuh maka kemanusiaan kita tidak akan sempurna, dengan beginilah kemanusiaan kita lebih sempurna," ujarnya.
Baca Juga
H Usmar Ismail dan Lesbumi
Ia menyebut bahwa pancer dalam bahasa Jawa, bahasa Sunda, dan bahasa Bali memiliki makna yang mirip. "Kalau di Bali ibaratnya dalam sebuah bangunan pancer itu akar. Kalau Sunda mata air, sumber dari munculnya mata air, di Jawa pancer ini menjadi pusat dari gudangnya arah mata angin, kita tidak bisa menemukan pancer kalau tidak memiliki arah mata angin," terangnya.
Ia berharap dengan mengangkat tema pancer dapat menjadi sebuah keutuhan, serta membawa keberkahan dan pancer dalam kehidupan.
"Oleh karena itu ini menjadi suatu momentum, menjadi pancer perjalanan hidup kita untuk menemukan arah jika terjadi ketidakseimbangan dalam level individu banyak depresi, banyak konflik, banyak ketidakseimbangan. Peringatan harlah ini menjadi suatu harapan Lesbumi untuk ikut meluhurkan, mensyukuri apa yang telah dilakukan oleh pendiri," pungkasnya.
Kontributor: Malik Ibnu Zaman
Editor: Fathoni Ahmad