Bagaimana Sikap Media Menghadapi Berbagai Hasil Survei Politik?
Sabtu, 16 Desember 2023 | 14:00 WIB
Debat perdana capres 2024, Selasa (12/12/2023) lalu di halaman kantor KPU RI Jakarta. (Foto: tangkapan layar Youtube KPU RI)
Jakarta, NU Online
Kepala Pusat Studi Komunikasi, Media, dan Budaya Universitas Padjadjaran (Unpad) Kunto Adi Wibowo mengatakan, kompleksitas hasil survei yang diterbitkan oleh berbagai lembaga survei memunculkan kebingungan publik. Ia mengungkapkan, kebingungan publik tersebut disebabkan oleh banyaknya lembaga survei dengan hasil yang bervariasi serta kurangnya transparansi dalam laporan hasil survei.
"Yang sangat disayangkan dari lembaga survei tidak ada transparansi dalam laporannya, soal pendanaan misalnya, siapa yang mendanai ini. Jurnalis harusnya menuntut ketika dikasih rilis, siapa yang mendanai ini, kalau nggak dikasih tahu, kita nggak akan tulis, kan gitu," ujar Kunto Adi pada diskusi daring dengan tema Kritis Membaca Survei Politik yang diadakan oleh Aliansi Jurnalis Independen (AJI), Jumat (15/12/2023).
Dia mengingatkan, jurnalis punya margin karena ketika lembaga survei mengirimkan hasil survei ke media, mereka ingin dimuat dan ingin jadi opini publik. Maka dari itu, menurutnya, posisi tawar dari jurnalis tidak boleh hilang.
Kunto Adi yang pernah menjadi direktur lembaga survei ini mengungkapkan bahwa hanya beberapa media saja yang menanyakan secara kritis mengenai hasil survei politik.
"Jadi ketika mereka mendapatkan hasil survei dari saya, mereka menelepon saya dan mengonfirmasi beberapa hal sampai hal yang detail, itu bisa dihitung pakai jari di Pemilu 2019. Bahkan setelah 2020 hanya satu yang pernah nelepon seperti itu, yang lainnya diterima begitu saja, terbit saja," jelasnya.
Dia menjelaskan bahwa media memiliki peran dalam menyampaikan hasil survei kepada publik, karena mayoritas publik mendapatkan hasil survei itu tidak langsung dari lembaga surveinya. Maka dari itu perbaikan kualitas pemberitaan hasil survei menjadi hal penting, agar informasi yang diberikan kepada publik lebih akurat.
"Jadi menurut saya faktor kunci jurnalis dan media di sini menjadi penting," tegasnya.
Ia juga menyoroti sikap calon presiden pada pemilihan umum (pemilu) 2024 yang tidak percaya pada hasil survei menjadi aspek yang menarik. Hal tersebut juga membingungkan publik, karena terkadang ada perubahan sikap terkait hasil survei di mana tergantung pada posisi elektabilitas.
"Selama posisi elektabilitas mereka rendah, mereka cenderung tidak percaya lembaga survei. Begitu tinggi, percaya survei, begitu elektabilitasnya naik, mereka bilang alhamdulillah. Jadi ini juga membingungkan publik," tandas Kunto Adi.