Bantu Pasien TB, LK PBNU Segera Luncurkan Aplikasi OneImpact Sehat
Senin, 24 Agustus 2020 | 15:00 WIB
Ketua Divisi Program LK PBNU Esty Febriani saat mengenalkan Aplikasi OneImpact Sehat pada Gelar Wicara ‘Menyuarakan Kendala Pasien TB dalam Menjalani Pengobatan melalui Aplikasi OneImpact Sehat' di Jakarta, Senin (24/8). (Foto: NU Online/AR Ahdori)
Jakarta, NU Online
Lembaga Kesehatan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (LK PBNU) akan meluncurkan Aplikasi OneImpact Sehat. Kehadiran aplikasi daring tersebut untuk membantu pasien Tuberkulosis (TB) dalam mendapatkan hak-haknya. Aplikasi juga bertujuan untuk mengurangi stigma dan diskriminasi yang kerap ditujukan kepada pasien TB.
Aplikasi yang saat ini masih disempurnakan itu didesain menyediakan Iayanan umpan balik secara online. Aplikasi tersebut dapat digunakan pasien dengan menggunakan jaringan internet dan telepon pintar.
Ketua Divisi Program LK PBNU Esty Febriani menuturkan, terdapat lima menu utama pada aplikasi berbasis android itu. Pertama, menu yang menyuguhkan informasi penyakit TB. Kedua, menu Fasilitas Kesehatan Terdekat. Kemudian menu obrolan, menu lapor, dan menu survei.
Baca juga: LK PBNU Perjuangkan Hak Pasien TBC melalui Pemberdayaan Komunitas
“Menu pertama hingga ketiga dirancang untuk memperkuat pasien TB dengan berbagai informasi dan Iayanan terkait TB, serta memberikan kesempatan berjejaring di antara pasien TB,” kata Esty saat memandu kegiatan Gelar Wicara ‘Menyuarakan Kendala Pasien TB dalam Menjalani Pengobatan melalui Aplikasi OneImpact Sehat di Salah satu Hotel di Jakarta, Senin (24/8).
Menu keempat, lanjut dia, dirancang untuk mendorong pasien TB dapat melaporkan seluruh keluhan atau kendala dihadapi selama mendapatkan Iayanan TB. Selanjutnya, menu kelima adalah survei mengenai penggunaan aplikasi Onelmpact Sehat sebagai dasar evaluasi program aplikasi yang disediakan. Aplikasi telah dilakukan ujicoba dan akan terus disempurnakan.
Dia menyebut, dalam penyempurnaannya aplikasi Onelmpact Sehat tersebut mitra LK PBNU yakni Stop TB Partnership Global telah melakukan modifikasi sesuai dengan kebutuhan di lapangan. Aplikasi masih dalam proses penyempurnaan sebelum benar-benar dapat digunakan oleh pasien TB di Indonesia.
“Namun, beberapa catatan terkait hasil ujicoba, 86% dari 53 pasien yang diwawancara menyatakan bahwa aplikasi Onelmpact Sehat sangat membantu mereka dalam mengetahui informasi TBC,” tuturnya.
Kemudian, laporan berdasarkan uji coba aplikasi Onelmpact Sehat tersebut yakni, 40.5% pasien melaporkan efek samping obat menjadi kendala pengobatan, 18.9% mengalami kendala ketersediaan Iayanan TB, 14.4% mengalami kendala biaya pengobatan serta 11.7% mengalami stigma.
“Stigma yang dialami termasuk perlakuan tidak nyaman dari keluarga, petugas kesehatan, dan adanya pasien yang diusir dari lingkungan tempat tinggal. Bahkan, diberhentikan dari pekerjaan,” ungkapnya.
Bagi LK PBNU, penggunaan aplikasi ini menjadi penting dan mendesak mengingat tuberkulosis masih menjadi penyalut dengan beban tinggi di dunia termasuk Indonesia. Berdasarkan laporan WHO TB Global 2018, di Indonesia terdapat 842.000 orang sakit karena TB dan 116.000 orang meninggal karena TB.
Persoalan ini menjadi mendesak karena hanya 53% atau 446.732 dari 842.000 yang dilaporkan. Artinya, sisanya maslh hulang tidak terlaporkan, atau lebih tepatnya tidak tersuarakan.
Pewarta: Abdul Rahman Ahdori
Editor: Musthofa Asrori