Banyak Kaji Soal Fatwa, Katib Syuriyah PBNU Raih Profesor Bidang Hukum Islam
Selasa, 3 Januari 2023 | 16:00 WIB
Asrorun Niam Sholeh bersama Sekjen Kemenag Nizar, didampingi Dirjen Pendidikan Islam Ali Ramdani (kanan) dan Direktur Perguruan Tinggi Syafii (kiri). (Foto: Dok. Pribadi)
Jakarta, NU Online
Katib Syuriyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) H Asrorun Ni’am Sholeh berhak menyandang gelar profesor bidang ilmu fiqih atau hukum Islam. Hal itu sejak penerbitan Surat Keputusan Menteri Agama RI (SK Menag) tentang Kenaikan Jabatan Akademik/Fungsional tanggal 31 Oktober 2022.
Niam juga dikenal sebagai Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Bidang Fatwa. Ia menjadi pengurus Komisi Fatwa MUI sejak 2005 sebagai Wakil Sekretaris. Kemudian ia ditunjuk sebagai Sekretaris Komisi Fatwa selama sepuluh tahun, 2010-2020.
Niam yang merupakan doktor jebolan Sekolah Pascasarjana UIN Jakarta ini memfokuskan diri pada kajian fatwa dan hukum Islam. Karenanya, banyak penelitiannya yang berkaitan dengan fatwa.
Paling tidak, ada 19 tulisannya yang dimuat dalam bentuk buku dan jurnal mengenai fatwa yang termuat dalam Google Scholar. Bukunya yang berjudul Fatwa-Fatwa Masalah Pernikahan dan Keluarga telah dikutip lebih dari 95 kali. Sementara bukunya yang lain berjudul Metodologi Penetapan Fatwa Majelis Ulama Indonesia juga sudah dikutip 59 kali.
Masih berkaitan dengan fatwa, Niam juga mengkaji fatwa MUI atas jaminan halal pada obat, fatwa MUI terkait pandemi Covid-19 dan vaksin, istitha’ah kesehatan haji, hingga soal khitan perempuan.
Atas anugerah gelar profesor itu, Niam menyampaikan ucapan terima kasih dan menilainya sebagai wujud pengakuan akademik yang harus dipertanggungjawabkan.
"Jabatan guru besar ini sebagai amanah yang menuntut adanya tanggung jawab. Ini di satu sisi sebagai pengakuan atas capaian akademik, tapi di sisi lain ada tanggung jawab untuk terus meningkatkan kapasitas dan kontribusi akademik, sehingga meningkatkan perkhidmatan dalam mewujudkan kemaslahatan yang lebih luas," ujarnya.
Pencapaian jabatan akademik ini sebagai bentuk pengakuan atas konsistensi Niam di bidang akademik. Hal tersebut tetap dijalaninya di samping terus berkiprah di pemerintahan dan berbagai ruang perkhidmatan.
"Meski secara formal selama ini saya memperoleh penugasan di luar kampus, namun selama ini saya tidak pernah meninggalkan dunia akademik, masih terus mengajar. Gen saya adalah gen kampus", tegas Niam.
Selain aktif di kampus dan NU, ia juga pernah menjabat sebagai Komisioner Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), sebagai Ketua KPAI hingga 2017. Setelah itu, ia diberikan amanah sebagai Deputi Pengembangan Pemuda Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) hingga saat ini. Ia juga menjadi Pengasuh Pondok Pesantren An-Nahdlah, Depok, Jawa Barat.
Selama tugas tersebut, Niam tidak pernah meninggalkan aktifitas Tri Darma Perguruan Tinggi, termasuk mengajar di kampus. Dia juga aktif menulis dan mempublikasikannya dalam bentuk opini media massa, artikel jurnal, dan juga dalam bentuk buku.
Niam menyampaikan terima kasih atas dukungan seluruh sivitas akademika UIN Jakarta hingga ia bisa mencapai jabatan akademik guru besar. Ia juga berharap pengangkatannya sebagai guru besar semakin memotivasinya dalam memperkuat kontribusi akademik di bidang fatwa dan hukum Islam dan menerjemahkan kontribusi akademik tersebut dalam mewujudkan kemaslahatan umat dan bangsa. “Terima kasih atas tahniah, suport, dan doanya. Semoga manfaat dan maslahat,” ujarnya.
Hadir dalam penyerahan SK Guru Besar tersebut Sekretaris Jenderal Kementerian Agama Nizar Ali, Direktur Jenderal Pendidikan Islam Ali Ramdhani, Direktur Pendidikan Tinggi Keagamaan Islam (Diktis) Syafii, Sekretaris Direktur Jenderal Pendidikan Islam Rahmat Mulyana, dan para pejabat di lingkungan Kementerian Agama.
Sebagai informasi, Niam lahir di Nganjuk, Jawa Timur pada 31 Mei 1976. Pendidikan tsanawiyah ia tempuh di MTs Darul Muta’allimin Sugihwaras, Nganjuk, sedangkan aliyahnya diselesaikan di Madrasah Aliyah Negeri 1 Jember (MAN Program Khusus).
Sementara sarjananya ditempuh di Lembaga Ilmu Pengetahuan dan Arab (LIPIA), sedangkan master dan doktornya diraih dari UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Ia juga pernah mengikuti program khusus tiga bulan di Universitas Al-Azhar dan Pendidikan Kader Ulama MUI DKI Jakarta.
Ia juga akrab dengan dunia organisasi. Ia sempat aktif sebagai salah satu ketua di Pimpinan Pusat Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (PP IPNU) dan Ketua Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Cabang Jakarta Pusat.
Pewarta: Syakir NF
Editor: Fathoni Ahmad