Jakarta, NU Online
Islam menyebar melalui jalur-jalur perdagangan, baik jalur sutra atau daratan, maupun jalur rempah atau maritim. Dua jalur ini juga menunjukkan mazhab fiqih yang dianutnya berbeda.
Peneliti Islam Asia Tenggara dan Turki Martin van Bruinessen melihat perbedaan itu, yakni mayoritas Muslim di jalur sutra menganut mazhab Hanafi, sementara jalur rempah banyak yang menganut mazhab Syafi’i.
“Mazhab yang dianut jalur Rempah rata-rata Syafi’i, sedangkan jalur Sutra atau daratan itu Hanafi,” katanya saat Lecture II yang digelar Fakultas Islam Nusantara Universitas Nahdhlatul Ulama Indonesia (Unusia) bersama Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI pada Sabtu (24/4)
Ia menjelaskan bahwa wilayah India bagian tengah bermazhab Hanafi, tetapi daerah India di pesisir menganut mazhab Syafi’i, seperti Malebari. Sebagian China menganut mazhab Hanafi, sedangkan Yaman lebih banyak bermazhab Syafi’i. Indonesia sebagai negara maritim yang dilalui jalur rempah juga menganut mazhab Imam Muhammad bin Idris, nama Imam Syafi’i.
Saat ditanya terkait faktor-faktor perbedaan itu, Martin tak berani berspekulasi lebih jauh. Mungkin, katanya, salah satu faktor keberadaan negara lebih sering dipakai mazhab negara.
“Kita lihat negara penting di Asia, Utsmani dan Mongol, adalah mengambil Hanafi sebagai mazhab negara. Mungkin dalam ajaran Hanafi ada satu kecocokan tidak berani memastikan,” ujar Guru Besar Universitas Utrecht, Belanda itu.
Namun, ia lebih meyakini bahwa fakta tersebut hanyalah sebuah kebetulan saja. “Tapi saya pikir faktor kebetulan lebih besar,” kata penulis buku Pesantren, Kitab Kuning, dan Tarekat itu.
Sementara itu, Dosen Fakultas Islam Nusantara Unusia Ahmad Ginanjar Sya’ban menyampaikan bahwa mazhab Syafi’i tidak saja tersebar di wilayah maritim, melainkan juga di daerah pegunungan. “Di antara persebaran mazhab Syafii di dunia Islam, justru di daerah Pegunungan,” katanya.
Ia menyebut wilayah Kurdistan. Daerah yang wilayahnya terbagi ke empat negara, yakni Turki, Irak, Suriah, dan Iran itu dihuni oleh mayoritas Muslim bermazhab Syafi’i.
Wilayah pegunungan lain yang banyak bermazhab Syafi’i adalah Kaukasus Dagestan. Salah satu ulama besar di sana, yakni Abdul Hamid Asy-Syarwani ad-Dagestani. “Ini karyanya digunakan sebagai rujukan kajian pesantren, yaitu Hasyiyah Asy-Syarwani alt Tuhfah,” ujar kandidat doktor filologi Universitas Padjajaran itu.
Lebih lanjut, Ginanjar menjelaskan bahwa Snouck Hurgronje pernah berjumpa dengan Mahmud Asy-Syarwani, salah satu putra ulama Dagestan itu. Syekh Mahmud bahkan pernah tinggal, wafat, dan dimakamkan di Pontianak.
Pewarta: Syakir NF
Editor: Fathoni Ahmad