Begini Cara Nahdliyin di Papua Jaga Tradisi Jelang Ramadhan
Senin, 5 April 2021 | 07:00 WIB
Sejumlah santri dan remaja di Mimika, Papua memperhatikan bacaan untuk digunakan saat Ramadhan. (Foto: NU Online/Pan)
Mimika, NU Online
Islam masuk dan berkembang di Nusantara bukan hanya secara damai, namun mampu membangun peradaban yang khas. Tentu ini tidak lepas dari peran dan strategi jitu dakwah para Walisongo dengan pendekatan budaya. Tradisi dan seni budaya lokal dijadikan media dakwah yang efektif sehingga mampu membudaya dan tidak mudah digoyahkan. Inilah warisan besar yang harus dijaga keberlangsungannya.
Tradisi bilal dan pujian tarawih yang kuat di Jawa juga tetap dipakai oleh kalangan di perantauan dan bahkan terus berusaha untuk diwariskan. Inilah suasana yang bisa dirasakan ketika para remaja dan santri Mimika, Papua dengan antusias mengikuti pelatihan bilal dan pujian tarawih.
Acara dilaksanakan Sabtu (3/4) di gedung An-Nahdliyyah Masjid Al-Ikhlas Kelurahan Wanagon, Mimika. Acara digelar oleh Ahbabul Musthofa Mimika, Jamaah IstighatsahAn-Nahdliyyah dan Pondok Pesantren Darussalam Mimika (PPDM).
"Kami sudah bujuk agar mau ikut, dan kami siapkan pengantaran dan penjemputannya agar semangat," kata Ladi Prasojo selaku Ketua Takmir Mushala Daud Khalifatullah, Ahad (4/4).
Hal senada diungkapkan Safa dari Mushala Baiturahman bahwa tidak mudah untuk mengajak remaja ikut pelatihan.
"Remaja di tempat kami masih kecil dan harus ditemani sampai selesai supaya mau," terangnya.
Hal sama dilakukan Ustadz Toyin dari Ikatan Remaja Masjid Al-Fattah (Irmafat), Ustadz Saefuddin dan Ustadz Nasrul Wathon dari Masjid At-Taubah SP7. Juga Ustadz Asyari dan Ustadzah Unani dari mushala Nurul Ulum SP6 yang turut menunggi remaja binaanya mengikuti dari awal hingga akhir kegiatan.
Pelatihan membahas bilal dzikir sebelum buka bersama, pujian setelah adzan Maghrib dan Isyak, bacaan bilal tarawih versi singkat dan versi panjang. Termasuk pujian setelah witir, sebelum, dan sesudah tadarus.
"Untuk lagu-lagu pujian yang dipakai bisa menggunakan yang sudah dihapal atau yang umum dipakai. Intinya enak didengar dan dihayati," terang Ustadz Hasyim Asyari selaku pemateri bilal dan pujian.
Sementara saat memberikan penjelasan kegiatan pelatihan, Ketua Jamaah Istighatsah An-Nahdliyyah Mimika, Ustadz Sugiarso menjelaskan kegiatan sebagai usaha menjaga tradisi NU.
"Sebagian besar orang tidak peduli dengan bilal dan pujian tarawih ini untuk diajarkan ke anak cucu. Dianggap tidak penting dan bisa dikerjakan orang orang tua yang sudah biasa menjadi bilal,” katanya.
Padahal dalam pandangannya, pemikiran pendek seperti ini mulai menggejala. Akibatnya remaja makin jauh dan mengancam kelestarian dari tradisi yang ada.
"Ini merupakan edisi ketiga sejak 2018 yang lalu kami mulai dalam rangka menyambut Ramadhan. Alhamdulillah pesertanya semakin naik dan prosesnya semakin baik,” katanya.
Dijelaskan dia bahwa kegiatan diikuti lebih dari 60 remaja dari berbagai masjid dan mushala, seperti perwakilan remaja masjid Al-Fattah SP3, masjid Al-Iklas SP2, masjid At-Taubah SP7, mushala Nurul Ulum SP6, mushala Daud Khalifatullah Jl. Budi Utomo Ujung.
Demikian pula bergabung utusan dari mushala Baiturahman JL. Serui Mekar, masjid Al-Fattah BTN Kamoro SP4, masjid Al-Iklas Km10, SMP Maarif NU SP3, dan lain.
Tindaklanjut dengan Sabililah
Sabililah (safari bilalan bil hadiah) ini adalah program tindak lanjut dan pemantauan pelatihan bilal tarawih dan pujian yang sudah dilaksanakan.
"Kami akan berkunjung ke masjid maupun mushala untuk melihat pelaksanaan bilal tarawih di situ, apakah yang dipelajari dijalankan atau tidak. Jika dijalankan, maka ada peluang untuk mendapatkan hadiah asalkan memenuhi kriteria,” jelasnya.
Kriteria dimaksud yakni bilalan dalam bentuk grup, hapal teksnya, kompak, minimal 10 malam menjadi bilal, dan bilal shalat tarawih 20 rakaat.
"Kami sangat berharap dukungan para pengurus masjid atau mushala untuk generasi penerus kita maju dan berkembang. Kita yang tua berlapang dada untuk regenerasi," pungkas dia.
Editor: Ibnu Nawawi