Belum Terlambat, Ini Saran Mitigasi LPBINU untuk Cegah Jakarta Tenggelam
Kamis, 22 September 2022 | 20:30 WIB
Jakarta, NU Online
Isu Jakarta akan tenggelam kembali menjadi perbincangan. Urbanisasi yang pesat, peralihan fungsi lahan, serta pertumbuhan penduduk disebut-sebut kian memperburuk keadaan.
Wakil Ketua Lembaga Penanggulangan Bencana dan Perubahan Iklim Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (LPBI PBNU) Bidang Lingkungan Hidup dan Perubahan Iklim Maskut Candranegara menyarankan beberapa langkah mitigasi guna mencegah kemungkinan buruk itu terjadi.
Ia mengatakan, masyarakat harus mulai beralih ke sumber alternatif lain guna menekan jumlah penggunaan air tanah.
“Masyarakat harus mulai mengurangi eksploitasi dan penggunaan air tanah. Itu sebagai salah satu upaya untuk mencegah agar Jakarta tidak tenggelam,” ungkap Maskut kepada NU Online, Kamis (22/9/2022).
Mengurangi penggunaan air tanah itu, lanjut dia, untuk meminimalisasi terjadinya penurunan permukaan tanah. Sebagai gantinya, Maskut mengimbau masyarakat dapat menggunakan air yang didistribusikan Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM).
“Penggunaan air tanah beralih ke air PDAM (PALYJA),” tutur Maskut.
Selain itu, perlu ada upaya penyetopan reklamasi di sepanjang pantai utara. Pemerintah juga harus mulai memberlakukan pembatasan pembangunan gedung secara masif serta perumahan di kawasan Jakarta Utara.
“Penghentian pembangunan gedung-gedung tinggi di Jakarta, karena beban berat tanah yang semakin tidak terkendali, sehingga penurunan tanah setiap tahun bisa 50-100 sentimeter,” pungkas Maskut.
Melansir seri tulisan Badan Penerbangan dan Antariksa Amerika Serikat (NASA) Earth Observatory “As Jakarta Grows, So Do the Water Issues” disebutkan, peralihan luas hutan dan vegetasi lainnya menjadi permukaan kedap air di daerah pedalaman di sepanjang sungai Ciliwung dan Cisadane telah mengurangi penyerapan volume air di Jakarta. Akibatnya, Jakarta kerap kedapatan limpasan dan banjir bandang.
Dengan populasi penduduk yang terus meningkat tiap tahunnya, banyak masyarakat yang nekat memadati dataran banjir berisiko tinggi. Selain itu, banyak saluran sungai dan kanal yang menyempit atau tersumbat secara berkala oleh sedimen dan sampah, sehingga sangat rentan terhadap luapan.
Sementara itu, dikutip dari CNN, proyeksi iklim menunjukkan bahwa rata-rata permukaan air laut global mencapai 2,5 mm per tahun.
Masjid tenggelam
Bukti menurunnya tanah Jakarta bisa dilihat di wilayah Penjaringan, Jakarta Utara, salah satunya Masjid Wal Adhuna atau masjid tenggelam. Masjid yang berlokasi di kawasan Muara Baru, Jakarta Utara itu berdiri di lahan Pelabuhan Sunda Kelapa itu dibangun sebagai tempat ibadah bagi pekerja di sekitar pelabuhan
Masjid Wal Adhuna dibangun pada tahun 1996. Sayangnya, di tahun 2000-an tempat ibadah tersebut mulai perlahan terendam air laut. Masjid yang awalnya digunakan para pekerja pelabuhan itu kini tak bisa lagi digunakan.
Pewarta: Nuriel Shiami Indiraphasa
Editor: Muhammad Faizin