Semarang , NU Online
Ketua Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) Jawa Tengah, Budiyanto mendorong Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo untuk merealisasikan apa yang telah diungkapkan. Yakni memecat kepala sekolah yang terpapar radikalisme.
"Kalau Pak Ganjar bisa membuktikan ada kepala sekolah dan tenaga pendidik yang terpapar radikalisme, pecat," kata Budiyanto di sela aktifitasnya di Semarang, Jawa Tengah, Senin (7/10).
Lebih lanjut, Ketua Dewan Pimpinan Pusat Ikatan Alumni atau IKA Universitas Negeri Semarang (Unnes) ini mengingatkan, peran kepala sekolah dan tenaga pendidik semestinya mengajarkan dan mendidik agar para siswa menjadi generasi yang cinta tanah air.
"Bayangkan, ada banyak anak kita yang masih sekolah. Jika mereka dicekoki, kepala sekolah dan guru melakukan indoktrinasi. Ini berbahaya," jelasnya.
Oleh sebab itu, dia meminta partisipasi semua pihak untuk mencegah paham yang membahayakan NKRI. Terlebih, ketegasan pemerintah dalam mengambil langkah kongkrit, menyikapi para radikalis yang terus berusaha menyasar kalangan pelajar dan mahasiswa.
"Ideologi ini harus dicegah, jangan dibiarkan terus berkembang. Apalagi di kalangan pelajar dan mahasiswa," ungkapnya.
Bentuk negara ini, sambungnya, sudah final, sudah menjadi hasil ijtihad dan kesepakatan para pendiri bangsa. Karena itu radikalisme dan gagasan khilafah harus ditolak.
"Ideologi itu (radikalisme, red) sudah berbahaya karena ngutak-ngatik kesepakatan bangsa ini. Prinsip bangsa ini yaitu kepanjangan PBNU, Pancasila, Bhineka Tunggal Ika, NKRI, dan UUD 45," tegasnya.
Sebelumnya ramai diberitakan pernyataan orang nomor satu di Jawa Tengah, Ganjar Pranowo yang mengaku telah mengumpulkan jajaran kepala sekolah dan guru untuk menyortir mereka yang terindikasi telah terpapar paham radikalisme. Hasilnya, tujuh kepala sekolah negeri di Jawa Tengah terindikasi menganut paham radikal.
Saat itu, Ganjar pun telah menyampaikan secara langsung kepada seluruh kepala sekolah dan tenaga pendidik, jika memang tak setuju dengan paham Pancasila dan menganut paham radikal hingga komunisme lebih baik keluar dari jabatan yang diemban.
"Saya sampaikan tawaran. Kalau tak suka sama Pancasila tak apa-apa, kalau Anda komunis silakan Anda keluar. Kalau Anda usung khilafah silakan Anda keluar. Gitu saja," ucapnya.
Selain itu, ia juga mengaku mendapat banyak laporan dari banyak tokoh agama dan masyarakat mengenai geliat penanaman radikalisme di sekolah yang mulai massif. Beberapa laporan yang masuk, kata Ganjar, isu radikalisme diberikan melalui mata pelajaran dan juga kegiatan ekstrakulikuler.
Pewarta: A Rifqi H
Editor: Ibnu Nawawi