Jakarta, NU Online
Berkeliling ke Seoul, ibukota Korea Selatan adalah salah satu mimpi saya dua tahun lalu tepatnya ketika saya duduk di bangku kelas 2 SMK. Mimpi tersebut tercapai ketika saya berstatus sebagai mahasiswi generasi pertama di Universitas Nahdlatul Ulama Indonesia Jakarta jurusan Psikologi.
Kesempatan tersebut datang melalui The 17th ASEAN Korean Future Oriented Youth Program dari Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) yang diselenggarakan selama tujuh hari mulai 27 Januari - 2 Februari 2016. Saya merupakan bagian dari tujuh anggota delegasi Indonesia.
Pada pukul 07.00, Rabu, 27 Januari 2016 kami menginjakkan kaki di Incheon airport dengan perasaan yang begitu bahagia. Akhirnya saya juga sampai di kota impian. Tujuh jam perjalanan menggunakan pesawat Korean Air tidak membuat saya merasa lelah. Musim dingin membuat udara dingin dengan segera menyelinap ke sekujur tubuh yang lama-lama tubuh menjadi kedinginan dan menggigil. Kini, saya juga merasakan bagaimana hidup di negara dengan empat musim. Kondisinya sangat berbeda dengan di Indonesia yang merupakan negara tropis.
Begitu urusan imigrasi di bandara selesai, kami disambut hangat oleh dua orang pemandu, yaitu Joo Woon dan Sofia. Mereka menjadi pendamping delegasi Indonesia selama di Korsel.
Para peserta menginap di International Youth Center. Karena waktu check in agak siang, maka dua pemandu tersebut mengajak kami berkeliling ke kota Seoul selama beberapa jam. Ibukota Korsel ini merupakan salah satu kota metropolitan dengan gedung-gedung pencakar langit. Tetapi tetap saja ada hal yang berbeda yang bisa dinikmati. Seoul merupakan kota yang bersih dan rapi dengan warga yang disiplin. Ini membuat kota menjadi tertib.
Pergi ke negara asing tentu tak lengkap tanpa menikmati kulinernya. Saya mencoba makan kimchi, sayuran khas Korea yang rasanya agar getir, aneh bagi lidah Indonesia. Saat musim dingin, tak ada sayuran yang bisa tumbuh, kimchi merupakan sayuran yang diawetkan sehingga kebutuhan nutrisi tetap terpenuhi selama musim dingin tersebut. Tentu saja saya juga mencoba teh ginseng yang terkenal itu serta es krim salju. Tak lupa, di berbagai sudut kota yang menarik, kami mengabdikan momen tersebut untuk mengambil foto yang akan menjadi kenangan menarik sepanjang hidup.
Mengingat acara tersebut mengambil tema pertukaran budaya, seluruh anggota delegasi Indonesia sepakat untuk mengenakan batik saat acara pembukaan. Kami memperkenalkan Indonesia kepada delegasi dari 17 negara. Kepada mereka kami tunjukkan budaya adiluhung seperti wayang, angklung, kebaya, dan lain-lain pada saat sesi festival booth. Pada saat sesi fashion show kami membawakan tarian Betawi. Kepulauan Seribu yang kini menjadi destinasi wisata yang menarik juga kami tunjukkan.
Salah satu pengalaman yang sangat mengesankan adalah saat mengikuti winter sport. Uuntuk pertama kalinya saya dan delegasi dari Indonesia merasakan dan bermain salju. Kami bermain sliding dan ice skating dengan udara minus10 celcius. Dingin tapi seru karena ini pengalaman pertama.
Sebagai acara pertukaran budaya, kami diajak mengunjungi Museum Korea untuk melihat perjalanan sejarah negara di semenanjung yang kini terpecah menjadi Korea Selatan dan Korea Utara ini.
Untuk mempererat hubungan antaranggota delegasi, rombongan dari delegasi Indonesia dipecah dan digabungkan dengan anggota dari delegasi negara lain sehingga kami menjadi mengenal peserta dari negara lain. Rombongan yang saya ikuti pergi ke Namsan Tower, Dondaengmun, Insa-dong, Myondong, dan tempat menarik lainya.
Korea Selatan kini sudah resmi bergabung dalam ASEAN Plus Three, yaitu negara-negara ASEAN ditambah dengan China, Jepang, dan Korea Selatan. Negara ini sudah sangat maju meskipun sebelumnya pernah dijajah Jepang dan mengalami perang saudara pada tahun 1950-an. Semua itu berkat kerja keras dan tradisi inovasinya. Budaya Korea kini berkembang pesat ke seluruh dunia, yang disebut dengan korean wave. Seluruh dunia kini mengenal film drama Korea, makanan Korea, fashion Korea dan lainnya. Bahkan pada 2012, muncul tarian Gangnam Style yang menghebohkan dan menjadi trend dunia. Videonya di youtube ditonton lebih dari 1 miliar kali.
Selama saya di Korea ada satu hal yang ingin saya contoh dan saya terapkan di negera kelahiran saya yaitu nasionalisme. Rasa nasionalisme mereka begitu kuat. Mereka memang menerima budaya asing tetapi mereka menyaring itu semua. Mereka mencoba mengenalkan budaya mereka, berusaha menawarkan produk-produk buatan mereka hingga gaya mereka, dan bahasa mereka. (Agnes Annisa Utami)