Bertemu Bu Sinta, Penasihat Presiden Mesir Ingin Dianggap sebagai Anak Gus Dur
Sabtu, 19 November 2022 | 08:30 WIB
Guru Besar Universitas Al-Azhar Kairo, Syekh Usamah Sayyid Mahmud Muhammad Al-Azhari (kiri) saat silaturahim dengan keluarga KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) di Ciganjur, Jakarta Selatan, Jumat 18/11/2022). (Foto: istimewa)
Jakarta, NU Online
Guru Besar Universitas Al-Azhar Kairo yang juga Penasihat Presiden Mesir Syekh Usamah Sayyid Mahmud Muhammad Al-Azhari melakukan kunjungan ke keluarga KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) di Ciganjur, Jakarta Selatan, Jumat 18/11/2022). Syekh Usamah disambut istri mendiang Gus Dur, Ibu Sinta Nuriyah Wahid dan putri keduanya yang juga Direktur Wahid Foundation, Yenny Wahid.
Syekh Usamah mengatakan kunjugannya dialakukan untuk mencari tahu informasi lebih lanjut sejarah hidup Gus Dur ketika masih muda dan ketika masih belajar di Universitas Al-Azhar, Kairo, Mesir.
"Sebuah kehormatan bagi saya bisa berkunjung di kediaman pemikir, intelektual Muslim sekaligus Presiden RI terdahulu KH Abdurrahman Wahid," kata Syekh Usamah
Dia mengatakan sangat senang sebab dalam kunjungan tersebut dapat membicarakan kemanusiaan dengan Bu Sinta.
"Untuk itu saya mohon bisa mengetahui informasi lebih lengkap tentang kisah hidup KH Abdurrahman Wahid untuk melengkapi ensiklopedia yang saya tulis tentang beliau berupa kisah, foto, tulisan beliau ketika masih belajar di Mesir yang bisa saya dapatkan dari keluarga," ungkap Syeikh Usamah.
Diketahui, Syeikh Usamah al-Azhari telah menulis Ensiklopedia Tokoh dan Ulama Islam di Dunia, salah satunya memuat biografi Gus Dur. Syeikh Usamah ingin menggali lebih lanjut informasi tentang Gus Dur.
Mendengar hal tersebut, Bu Sinta menjawabnya dengan candaan. "Ketika Gus Dur belajar di Mesir, saya belum menjadi istrinya," kata Bu Sinta sambil tersenyum.
Tetapi, lanjut Bu Sinta, sepanjang dia hidup bersama Gus Dur, ajaran tentang kemanusiaan, demokrasi, toleransi, dan bagaimana selalu menghormati sesama manusia, selalu dijunjung oleh Gus Dur.
"Beliau selalu berkata kepada setiap orang: Tuhan tidak pernah bertanya apa agamamu? Tapi Tuhan akan bertanya: Perbuatan baik apa yang kamu lakukan?" jelas Bu Sinta Nuriyah.
Bu Sinta menjelaskan, sepeninggal Gus Dur, ia mencoba melanjutkan perjuangan. Selama ini Bu Sinta melakukan banyak kegiatan. Di antaranya sahur bersama dengan kaum dhuafa dan juga mengajak seluruh elemen masyarakat tanpa memandang agama apa pun.
Merespons hal tersebut, Syeikh Usamah menganggap apa yang diperjuangkan Gus Dur dan Bu Sinta adalah hal yang sangat agung dan mempunyai landasan wawasan yang sangat luas. Ia mengumpamakan bahwa apa yang dilakukan Gus Dur dan istri merupakan dakwah yang bisa menyentuh seluruh manusia, sebagaimana Nabi Muhammad saw lakukan yaitu dengan akhlak yang luhur dan dengan wajah yang tersenyum.
Pertemuan tersebut kemudian dilanjutkan dengan makan siang. Seperti kebiasaan keluarga Gus Dur sebelumnya, tamu dari luar negeri selalu disuguhi makanan khas tradisional Indonesia seperti combro, tahu tempe dan sayur asam.
Makanan-makanan tersebut mewarnai obrolan hangat di antara keluarga Gus Dur dan Syeikh Usamah. Di tengah-tengah makan siang, Syeikh Usamah mengungkapkan permintaannya untuk dianggap sebagai anak.
Syeikh Usamah mengaku sangat tersentuh dengan kisah-kisah hidup dan ilmu yang diungkapkan Bu Shinta tentang Gus Dur. "Sebuah kehormatan jika saya dianggap putranya Ibu Shinta dan Gus Dur," ujar Syekh Usamah.
Editor: Kendi Setiawan