Nasional

Buku 'Menyambut Satu Abad NU' Bukti Terhubungnya NU Solo Raya dengan Wali Songo 

Senin, 20 Juli 2020 | 05:15 WIB

Buku 'Menyambut Satu Abad NU' Bukti Terhubungnya NU Solo Raya dengan Wali Songo 

Foto: Ilustrasi

Surakarta, NU Online

Penulis buku 'Menyambut Satu Abad NU 'Sejarah dan Refleksi Perjuangan Nahdlatul Ulama Surakarta dan Sekitarnya' Ajie Najmuddin mengatakan, pekembangan Nahdlatul Ulama tidak bisa lepas dari perjuangan Wali Songo yang berlanjut dalam sendi-sendi kerajaan islam di Jawa.

 

"Ada 2 tema utama yang ingin dibahas dalam buku ini, secara global membuktikan keberadaan peran NU sebelum NU lahir dan pada awal kelahiran NU pada tahun 1926 sampai sekarang," ujarnya.

 

Hal itu disampaikan pada gelaran 'Bedah Buku dan Diskuis Online' yang diselenggarakan Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Komisariat Kentingan Universitas Sebelas Maret, Sabtu (18/7) malam kemarin. 

 

Dikatakan, buku karyanya juga mencoba mengungkap bahwa NU di Surakarta tidak lepas dari ajaran Wali Songo pada zaman Kerajaan Demak, kemudian pada zaman berdirinya Kerajaan Pajang.

 

"Dan berlanjut pada berdirinya Kerajaan Mataram Islam hingga Keraton Kartasura dan sekarang Kasunanan Surakarta," papar Ajie yang juga kontributor NU Online area Surakarta ini.

 

Dalam acara yang disiarkan melalui Zoom serta channel Youtube NU Solo TV tersebut Ajie juga menyampaikan bahwa ada 3 ajaran di NU yang merupakan bukti keterhubungan NU dengan para Wali Songo yaitu dalam hal manhaj akidah yang sama-sama ahlussunnah wal jamaah. Madzhab yang dianut sama-sama berasal dari 4 imam yang di Indonesia sendiri banyak merujuk pada Imam Syafii, dan dalam tasawuf sama-sama merujuk pada Syekh Junaid Al-Baghdadi dan Imam Al-Ghazali.

 

"Selain NU, perangkat di Surakarta seperti Keraton Surakarta juga sama persis menganut 3 ajaran tersebut. Hal itu yang membuktikan bahwa antara Keraton Surakarta bersama pengaruh kerajaannya dengan ormas NU bersama peran para ulamanya saling beriringan dan sama-sama memiliki ketersambungan dengan Wali Songo," tambahnya.

 

Penulis buku 'Menyambut Satu Abad NU 'Sejarah dan Refleksi Perjuangan Nahdlatul Ulama Surakarta dan Sekitarnya' Ajie Najmuddin

 

Dalam bukunya Ajie juga menyoroti kemajuan sistem pendidikan islam di Solo. Ajie menyebutkan bahwa Madrasah Mambaul Ulum yang didirikan oleh Paku Buwono X dan Jamsaren berhasil menjadi kawah candradimuka bagi para pelajar islam dari berbagai daerah. 

 

"Lembaga pendidikan Islam yang pada konteks zaman Keraton Surakarta syarat akan sistem pembelajaran Pondok Pesantren inilah yang berhasil melahirkan ulama-ulama besar berpengaruh di berbagai daerah dan kemudian menjadi penggerak di awal berdirinya NU," tegasnya.

 

Pada acara yang penyelenggaraanya bekerjasama dengan LDNU dan LTNNU Surakarta ini Ajie mengaku mendapati beberapa hambatan dalam menyusun buku tersebut. Selain banyaknya para narasumber yang telah wafat, NU di Surakarta memiliki Literasi yang tinggi namun tidak dibarengi dengan kesadaran untuk merawatnya.

 

"Sehingga banyak karya, arsip, dan data penting yang rusak dan hilang saat banjir yang melanda Surakarta pada tahun 1966," ungkapnya.

 

Karya perdana Ajie ini mendapat apresiasi dari ketua PCNU Surakarta, KH Abdul Aziz dan Dosen Unusia Jakarta Naeni Amanullah yang juga menjadi narasumber dalam diskusi tersebut.

 

"Buku ini sangat penting karena secara data NU di Surakarta berdiri beriringan dengan NU masa 1926 dan buku ini menjadi pintu masuk yang menarik untuk mengetahui bahwa pluralitas di tubuh NU bukan hanya faktor pesantrennya namun juga tradisi dan sosial masyarakat di mana NU itu tumbuh. 

 

"Saya harap buku ini juga bisa menjadi pancingan bagi para sejarawan untuk meneliti secara mendalam perkembangan Islam yang diungkap dalam buku ini," tutur Naeni.

 

Kontributor: Arindya
Editor: Abdul Muiz