Cara Guru Menangani Siswa Bermasalah Tanpa Reaktif dan Marah
Kamis, 30 Oktober 2025 | 14:30 WIB
Jakarta, NU Online
Dosen Pendidikan Universitas Negeri Semarang (Unnes), Edi Subkhan menyampaikan bahwa pelatihan manajemen emosi bagi guru dan penanganan siswa bermasalah sangat penting, namun tidak cukup jika tidak diintegrasikan dengan pendekatan pedagogis.
Menurutnya, pelatihan tersebut harus membantu guru mengambil keputusan profesional di kelas tanpa marah atau reaktif terhadap perilaku siswa.
“Pelatihan manajemen emosi untuk guru bisa saja dilakukan, tapi tidak cukup. Dalam konteks pendidikan, pelatihan itu harus diintegrasikan ke dalam konteks pedagogik, yakni bagaimana guru dapat mengambil professional judgement atau pedagogical decision di kelas tanpa marah-marah,” ujar Edi kepada NU Online, Rabu (29/10/2025).
Ia menyampaikan bahwa guru sebenarnya sudah dibekali ilmu psikologi belajar dan pendekatan humanis sejak di kuliah. Namun, penerapannya di lapangan seringkali sulit jika tidak didukung sistem sekolah yang sehat dan pembagian tugas yang jelas.
Edi menegaskan bahwa kepala sekolah harus mampu membagi tanggung jawab secara proporsional agar seluruh komponen sekolah memiliki peran yang saling mendukung dalam membangun budaya positif.
“Perlu ada guru yang lebih dekat ke siswa untuk membangun relasi positif, ada yang mendampingi kegiatan, memberi ruang kreasi dan apresiasi. Kalau tidak dibagi rata, guru justru bisa terkotak-kotak dan tidak kompak,” katanya.
Lebih lanjut, ia menyoroti risiko tinggi dari hukuman fisik terhadap siswa. Menurutnya, dampak hukuman fisik tidak seragam bagi setiap anak.
“Ada anak yang jadi jera, tapi ada juga yang malah makin mencari perhatian, bahkan trauma. Hukuman fisik jarang membangun kesadaran, justru lebih sering membuat anak takut atau berpura-pura taat,” tegasnya.
Edi menilai, pendidikan harus dipahami sebagai sistem sosial yang melibatkan sekolah, keluarga, dan organisasi kepemudaan. Anak yang berperilaku nakal di sekolah seringkali memiliki masalah pribadi atau keluarga yang belum terselesaikan.
“Kalau ada anak ketahuan merokok, jangan langsung dihukum. Panggil dan cari tahu masalahnya. Lalu arahkan pada aktivitas yang sesuai minatnya agar energinya tersalurkan dan ia merasa dihargai,” katanya.
Ia berpesan kepada para guru agar tidak melupakan sisi kemanusiaan dalam mendidik. “Anak-anak itu sejatinya ya anak-anak. Mereka bisa nakal, bisa lalai, dan wajar mencari perhatian. Tugas guru adalah memberi pemahaman, empati, serta menanamkan nilai dan aturan dengan dasar ilmu pengetahuan,” pungkas Edi.