Jakarta, NU Online
Kotak infak Nahdlatul Ulama (Koin NU) adalah gerakan penggalangan dana dari warga NU, oleh NU, untuk NU. Koin NU itu sendiri bukan merupakan sesuatu yang kebetulan, tetapi melalui proses pemikiran dan pengamatan panjang.
Penggagas gerakan Koin NU, KH Ma'ruf Islamuddin menceritakan hal itu saat mengisi seminar web Road to Muktamar Ke-34 NU bertema NU, Kemandirian, dan Filantropi diakses Senin (13/12/2021).
"Gerakan koin NU ini adalah gerakan penggalangan dana dari warga NU, oleh NU, untuk NU. Koin NU itu intinya itu, lah mohon maaf ini bukan sesuatu yang kebetulan, ini melalui proses pemikiran, dan pengamatan panjang sebenarnya. Yang jelas, yang melatarbelakangi itu pengalaman di lapangan," ujar Kiai Ma'ruf yang juga Ketua Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kabupaten Sragen, Jawa Tengah itu.
Ia menuturkan gerakan Koin NU tentu saja memiliki kendala. "Saya kira semuanya tahu, setiap orang melakukan kebaikan kan pasti ada rintangan, ada hambatan, itu kan sudah pasti. Sehingga gerakan Koin ini kan juga gerakan penggalangan infak, ya otomatis kendala itu banyak," ujarnya.
Menurutnya kendala di lapangan itu banyak, tetapi bisa disimpulkan terletak di dua hal yaitu pengurus dan mindset. "Kendala pasti ada, tapi insyaallah sudah bisa kita atasi, karena kita yakin Allah tidak akan membebani hamba-Nya di luar batas kemampuan," kata Pengasuh Pondok Pesantren Walisongo Sragen Jawa Tengah.
Pihaknya menambahkan bahwa beban itu bukan beratnya beban, tetapi cara membawanya yang salah. Beban 20 kilo kalau dipanggul mudah atau ringan, tetapi kalau dijinjing berat. Cara membawanya salah, sehingga perlu terus diberi tahu.
"Dan satu lagi yang perlu disikapi adalah gerakan ini semua warga NU baik struktural maupun kultural harus menggerakkan. Berarti di setiap ada acara di gerakan, diingatkan, warga kalau enggak diingatkan kan lupa," imbuhnya.
Kiai Ma'ruf Islamuddin mengatakan bahwa sebelum ada gerakan Koin NU, infak tidak pernah dicatat dan tidak ada laporan. "Tetapi setelah ada gerakan ini jadi tersistem, perolehannya, kemudian penggunaannya dilaporkan," ujar kiai yang dikenal berdakwah menggunakan iringan musik dan shalawatan.
Kontributor: Malik Ibnu Zaman
Editor: Kendi Setiawan