Dirjen Pendis Dorong Guru Madrasah Perkokoh Budaya Digital
Rabu, 3 November 2021 | 03:30 WIB
Direktur Jenderal Pendidikan Agama Islam (Dirjen Pendis) Kementerian Agama Muhammad Ali Ramdhani. (Foto: Kemenag)
Garut, NU Online
Direktur Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama Muhammad Ali Ramdani mendorong guru-guru madarasah untuk memperkokoh budaya digital. Hal tersebut disampaikan secara virtual dalam pembukaan Literasi Digital Madrasah Kabupaten Garut yang diselenggarakan di Fave Hotel Jalan Cimanuk No. 338 Kelurahan Sukagalih Kecamatan Tarogong Kidul, Kabupaten Garut, Jawa Barat, pada Selasa (2/11/2021)
Kang Dani, sapaan akrabnya, menyampaikan harapannya kepada para guru yang menjadi peserta Literasi Digital Madrasah Kabupaten Garut untuk menjadikan siswa madrasah menjadi poros inti dinamika zaman. Sebab, menurutnya, pada umumnya para siswa dan manusia lainnya mengharapkan bisa mendapatkan kebahagiaan sejati. Namun, sejatinya siswa madrasah sudah melewati hal tersebut, karena mereka dibekali dengan lima mata pelajaran keagamaan untuk menjadi pondasi dalam mencapai kebahagiaan di dunia dan akhirat.
“Siswa madrasah melewati kebahagiaan yang ada di dunia, karena mereka dibekali lima mata pelajaran keagamaan untuk mendapatkan kebahagiaan di dunia dan di akhirat kelak,” kata Kang Dani.
Baca juga: Mengapa Harus Bangga Menjadi Guru Madrasah?
Berdasarkan kajian yang dilakukan olehnya, ada dua kelompok besar dalam dunia digital di masa sekarang, yakni masyarakat digital dan uneducated people (masyarakat tidak terdidik).
Masyarakat digital merupakan kondisi masyarakat yang memandang digital sebagai alat yang bisa dibeli dan digunakan. Kelompok masyarakat digital ini biasanya memiliki kondisi pendidikan cukup tinggi dan ekonomi yang berkecukupan. Sebagian besar dari kondisi masyarakat ini hanya menggunakan teknologi atau digital sebagai alat bantu saja dalam kehidupan sehari-hari.
Sementara kelompok uneducated people berprofesi sebagai mandatory, yaitu masyarakat yang memiliki kondisi pendidikan dan ekonomi rendah, tetapi sebagian dari mereka selalu menggunakan teknologi untuk mencari peluang dan menyusun mimpi di masa depan. Tidak sedikit dari kelompok mandatory ini menjadi operator, trader, atau menjadi staf bidang administrasi di perkantoran karena mereka dituntut oleh kebutuhan. Namun, sebagian yang kaya terkadang tidak mampu untuk menggunakan media digital sehingga mereka memperbantukan kaum mandatory tersebut.
Dari kondisi tersebut, Guru Besar UIN Sunan Gunung Jati Bandung itu mendorong para guru untuk menyadari akan penggunaan digital. Tren pembelajaran digital pada masa pandemi ini semakin berkembang, khususnya berbagai macam platform yang ada dan bisa digunakan untuk pembelajaran daring. Namun masih sangat jarang digunakan oleh para guru di madrasah.
Karenanya, guru dituntut untuk melihat perubahan kurikulum dengan sudut pandang berbeda, agar para guru di madrasah bisa menyesuaikan pembelajaran dengan perubahan kurikulum tersebut. Baik dan tidaknya sebuah perubahan, menurutnya, tergantung dari sudut pandang setiap orang. Terkadang, orang yang melihat suatu hal itu dianggap biasa-biasa saja, tetapi hal tersebut bisa dianggap luar biasa bagi orang lain.
Oleh karena itu, budaya literasi digital di madrasah harus diperkokoh untuk mengembangkan potensi siswa serta mengolaborasikan kemampuan siswa untuk kemajuan zaman yang akan dihadapi oleh mereka.
“Anak didik kita akan menghadapi zaman yang belum jelas akan seperti apa, karena teknologi, profesi, serta kondisi yang akan mereka hadapi akan mengalami perubahan yang begitu cepat, sehingga para guru harus mampu menggali potensi siswa agar mereka bisa menghadapi tantangan zaman yang akan mereka hadapi di masa yang akan datang,” tutupnya.
Pewarta: Muhammad Salim
Editor: Syakir NF