Seminar Literasi Digital dengan tema Santri Melek Digital Konter Degradasi Akhlak Dunia Maya di Pondok Pesantren LPI PKP Manado, Sulawesi Utara, Selasa (23/8/2022).
Manado, NU Online
Sekretaris DPD KNPI Sulawesi Utara, Arie Setiawan Mokodompit mengatakan bahwa literasi digital memiliki banyak manfaat. Ia mengungkapkan bahwa ada empat manfaat literasi digital bagi santri.
"Manfaat literasi digital bagi pelajar atau bagi santri itu yang pertama kita mampu berpikir kritis, kreatif, dan inovatif," ujarnya pada seminar Literasi Digital dengan tema Santri Melek Digital Konter Degradasi Akhlak Dunia Maya di Pondok Pesantren LPI PKP Manado, Sulawesi Utara, Selasa (23/8/2022).
Ia mengingatkan bahwa tolak ukur untuk bisa sukses di era digital adalah dengan berpikir kritis, kreatif, dan inovatif. Maka dari itu santri harus bisa berpikir kritis, kreatif, dan inovatif di era digital.
"Lalu manfaat yang kedua adalah memecahkan masalah, semakin banyak kita bertemu masalah semakin terlatih untuk mencari solusi dari masalah-masalah yang kita temui. Yang ketiga media sosial itu melatih kita untuk berkomunikasi dengan lebih baik, karena disana kita terhubung dengan sekian banyak orang," imbuhnya.
Menurutnya apabila menggunakan media sosial dengan cerdas, maka hal itu akan menjadikan seseorang lebih baik dalam berkomunikasi. Sehingga akan membuat lebih banyak bertemu dengan banyak teman, baik di dunia digital, maupun di dunia nyata.
"Yang keempat adalah berkolaborasi dengan banyak orang. Artinya media sosial turut membantu kita untuk terhubung dengan banyak orang, dengan sekian macam orang, dengan latar yang berbeda-beda, dengan aktivitas yang berbeda-beda, dan dengan minat yang berbeda pula," pungkasnya.
Sementara itu Koordinator Cyber Media Studio 9 Manado, Zulfikar R Malewa menjelaskan tentang empat pilar literasi digital yaitu digital skills, digital culture, digital ethic, digita safety.
"Pilar pertama digital skills, bagaimana kemampuan kita beradaptasi terhadap teknologi baik perangkat lunak maupun keras atau istilahnya software maupun hardware. Kemudian digital culture bagaimana kebiasaan kita untuk menyikapi media sosial," ujarnya.
Lalu digital ethic, yaitu soal bagaimana beretika dalam bermedia sosial. Kemudian soal digital safety, yaitu safety terhadap media sosial, seperti jangan sembarang kasih password ke orang, atau jangan sembarang mengisi data.
Lebih lanjut ia menjelaskan tentang tiga fase yang bisa dilakukan agar para santri peka terhadap dunia digital, yaitu fase sumber daya manusia, fasilitas pendukung, dan evaluasi secara berkala.
"Fase pertama adalah sumber daya manusia, silahkan sahabat-sahabat mencari tahu potensi kita di apa sih, bisa saja potensi kita pemain pro untuk e sport, bisa saja walaupun kita nyantri kita punya e sport silahkan. Atau misalnya punya potensi hal-hal lain," ujarnya.
Setelah menemukan potensi, fase selanjutnya adalah mencari fasilitas pendukung, baik di dalam pondok pesantren maupun di luar pondok pesantren.
"Fasilitas pendukung tersebut berfungsi untuk mengembangkan potensi kita. Fase selanjutnya setelah ada fasilitas pendukung adalah dengan evaluasi secara berkala," pungkasnya.
Pengurus RMI PBNU, Muhammad Hasyim Hasbil Musthofa mengungkapkan bahwa perkembangan teknologi sekarang ini berkembang seiring dengan kebutuhan, dan membantu menyelesaikan masalah manusia.
"Teknologi berkembang seiring dengan kebutuhan, lalu membantu menyelesaikan masalah kita manusia sehari-hari. Misalnya dengan teknologi hari ini, kita hari ini sudah begitu mudah masuk tol, hari ini kita cuman tap-tap itu langsung masuk tol gitu yah," ungkapnya.
Menurut perkembangan teknologi seperti sekarang ini tidak terjadi secara sekejap, tetapi terjadi secara bertahap.
"Nah dunia canggih sedemikian rupa nggak ujug-ujug canggih, itu ada sejarahnya. Nah, tentu perkembangan teknologi yang sudah secanggih hari ini sangat dipengaruhi oleh infrastrukturnya khususnya komputer," pungkasnya.
Kontributor: Malik Ibnu Zaman
Editor: Fathoni Ahmad