Enak Banget, Jamaah Haji Dapat Makan Tiga Kali Ditambah Paket Pelengkap Konsumsi
Selasa, 14 Juni 2022 | 19:45 WIB
Makkah, NU Online
Pemerintah Indonesia telah memutuskan dalam pelaksanaan haji tahun 1443H/2022 M, jamaah haji mendapat layanan makanan sebanyak tiga kali sehari, dari sebelumnya dua kali per hari untuk makan siang dan malam. Selain itu, ternyata jamaah masih terdapat paket pelengkap konsumsi.
Paket pelengkap konsumsi yang ditaruh dalam sebuah kotak plastik besar terdiri dari 1 botol kecap, 1 botol sambal, 1 renceng kopi saset, gula putih, 1 kotak teh, dan sebuah gelas kaca. Beni, panitia konsumsi PPIH yang menemani tim Media Center Haji, menjelaskan, paket pelengkap tersebut akan dibagikan begitu jamaah haji tiba di Makkah dan maksimal dua hari setelahnya.
Paket tersebut lumayan untuk membantu memenuhi kebutuhan sehari-hari selama 30-an hari di Makkah sebelum mereka pulang ke Indonesia. Namun jika melihat jumlah yang diberikan untuk konsumsi sehari-hari, terutama untuk teh, gula, dan kopi jelas tidak mencukupi. Sekalipun begitu, kebutuhan barang-barang tersebut sangat mudah didapat.
Pada Senin (13/06/2022) di supermarket Bin Dawood, yang merupakan jaringan supermarket besar di Makkah, NU Online bertemu dengan seorang perempuan jamaah haji asal Indonesia yang menanyakan lokasi tempat pemanas air. Jika sudah disediakan teh, kopi, dan gula, mereka tinggal mencari alat pemanas air untuk membuat air panas. Pemanas ini bisa digunakan bersama, minimal untuk satu kamar hotel yang terdiri dari 4-5 orang.
Kunjungan ke perusahaan katering
NU Online yang tergabung dalam tim Media Center Haji (MCH) berkesempatan untuk melihat salah satu perusahaan penyedia layanan ketering, yaitu Raghaeb di Syauqiyah, Makkah. Selasa (14/06/2022) sekitar pukul 07.00 waktu Arab Saudi, rombongan para jurnalis tiba di kantor perusahaan tersebut.
Begitu masuk gedung yang berbentuk seperti ruko, para karyawan sudah menyambut. Peralatan masak dengan ukuran jumbo terlihat di berbagai sudut. Seorang karyawan senior yang lancar berbahasa Indonesia menjelaskan berbagai peralatan dan fungsinya.
Kesibukan sebenarnya terdapat di lantai 3, tempat masakan telah siap untuk dikemas. Aspek kebersihan dan kesehatan benar-benar diperhatikan. Para karyawan menggunakan penutup kepala, sarung tangan plastic, dan celemek. Semua meja terbuat dari lempengan baja untuk menghindari adanya bakteri yang menempel. Sama sekali tidak terdapat kotoran di lantai.
Sekalipun pukul 07.00 WAS, menu makan siang sudah siap untuk dikemas. Artinya, makanan tersebut diolah dalam waktu lebih dini hari. Di ruangan tersebut, terdapat lemari-lemari penghangat makanan untuk memastikan bahwa makanan tetap hangat sebelum di antar ke hotel tempat jamaah menginap.
Pada kotak makanan, tertulis makan siang harap dikonsumsi paling lambat pukul 17.00 WAS. Pesan ini berdasarkan pengalaman musim haji beberapa tahun sebelumnya, yaitu jamaah mengeluh karena makanan sudah basi atau tidak layak makan. Hal ini dikarenakan banyak jamaah menghabiskan waktunya di Masjidil Haram dan tiba di hotel malam hari, kemudian baru menyantap makanan yang telah dikemas sejak pagi. Cuaca panas dan kelembaban yang rendah menyebabkan makanan cepat basi.
Proses pengemasan katering konsumsi jamaah haji Indonesia.
Hari ini, menu makanan yang dikemas adalah nasi 150 gram, ikan tuna 100 gram, dan terong balado 100 gram. Ketika para awak media mencoba mencicipinya, rasanya seperti masakan rumahan di Indonesia. Pemerintah Indonesia mensyaratkan menu Nusantara untuk konsumsi jamaah haji. Terdapat dua koki asal Indonesia yang sehari-hari bertugas memasak. Salah seorang bernama Sofiyanto asal Subang Jawa Barat yang sudah tiga musim haji ini berada di Makkah. Di luar musim haji, ia bekerja di restoran yang dimiliki perusahaan tersebut.
Koordinator Pengawas Ketering Makkah Rusna Purnama memastikan bahwa menu untuk jamaah haji juga mempertimbangkan aspek kecukupan nutrisi seperti karbohidrat, protein, beragam vitamin, dan lainnya yang dibutuhkan jamaah haji di Makkah.
“Yang di sini sekarang, makanan itu, nasinya 150 gram, kemudian sayur dan dagingnya masing-masing 100 gram. Ini dianggap bisa memenuhi kebutuhan makan jamaah haji. Jadi masing-masing waktu makan 350 gram,” katanya.
Untuk memenuhi kebutuhan menu Nusantara, Rusna yang juga Dosen Manajemen Tata Boga Poltekpar NHI Bandung menuturkan, masalah yang dihadapi adalah ketersediaan bahan baku seperti sayuran kembang kol yang ketersediaannya terbatas, apalagi pada masa puncak haji nantinya. Untuk kebutuhan daging, ikan, dan ayam, Rusna menyampaikan tidak ada kesulitan.
Penyiapan makanan haji asal Indonesia lebih kompleks dibandingkan dengan Muslim dari negara lain yang menunya praktis berupa roti yang dengan gampang bisa langsung disantap tanpa memerlukan berbagai pelengkap. Bahkan mungkin bisa langsung diproduksi dalam jumlah banyak untuk keperluan selama beberapa hari.
Dalam perjalanan haji, banyak jamaah Indonesia yang juga menyiapkan bekal makanan yang bisa disimpan lama seperti aneka sambal, tempe kering, dan lainnya yang menjadi pelengkap atau lauk pengganti jika bosan dengan makanan yang sudah disiapkan panitia.
Pewarta: Achmad Mukafi Niam
Editor: Syakir NF