Jakarta, NU Online
Dokter spesialis anak, Soedjatmiko membeberkan enam strategi kesiapan yang wajib diterapkan dalam pembelajaran tatap muka selama pandemi. Hal itu ia sampaikan saat mengisi diskusi tentang Strategi Pelaksanaan Pembelajaran Tatap Muka Terbatas di Pondok Pesantren dan Sekolah Nahdlatul Ulama yang disiarkan di TVNU, Kamis (29/9/2021).
Pertama, info terbaru terkait kasus Covid di wilayah tertentu harus diperhatikan sebelum berlakunya pembelajaran tatap muka. “Pembelajaran tatap muka prinsipnya baik. Asalkan, penularan, penambahan atau kasus kematian sudah rendah di wilayah tersebut,” terang Soedjatmiko.
Kedua, persiapan sekolah harus diperhatikan seperti pengecekan suhu orang di lingkungan sekolah, jendela dan pintu dibuka, AC dimatikan, cahaya harus bagus, dan dihimbau untuk tidak ada penjual makanan di sekitar sekolah untuk menghindari kerumunan. Ketiga, baik guru maupun murid harus sudah melakukan vaksinasi dua dosis. Untuk murid yang berusia di bawah 12 tahun, harus sudah melakukan imunisasi rutin.
Keempat, murid harus dibiasakan menggunakan masker dan tidak hanya digunakan di lingkungan sekolah saja. Guru wajib memberikan contoh penggunaan masker dengan benar (tidak kendur dan melorot).
Kelima, keluarga wajib melatih anak dari rumah untuk senantiasa menaati protokol kesehatan, supaya kebiasaan ini kelak terbentuk.
Keenam, Soedjatmiko menghimbau baik murid, guru, maupun keluarga untuk waspada jika mendapati murid atau guru yang tengah mengalami gejala Covid-19. Segera periksakan, karena risikonya akan sangat berbahaya jika sampai menularkan seluruh kelas.
Soedjatmiko mengatakan pembelajaran tatap muka selama pandemi memerlukan kesiapan yang matang mengingat risikonya yang besar, yakni tertular Covid-19. Pasalnya, hal ini berkaitan dengan keselamatan murid, guru, dan keluarga yang menurutnya sangat penting.
Ia meninjau bahwa pembelajaran tatap muka yang diberlakukan pada masa pandemi masih cukup berisiko.
“Keselamatan itu jauh lebih penting. Kalau para murid, guru, dan keluarga tidak selamat karena serangan gelombang Covid, maka masa depan murid yang terserang tadi bisa hilang dan lenyap. Kalau mereka tidak selamat karena serangan gelombang Covid,” ungkap Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia tersebut.
Kendati demikian, pembelajaran tatap muka tidak dapat dielak. Pemberlakuannya yang sudah dilaksanakan di sejumlah daerah harus disikapi dengan mencari strategi baru agar prosesnya bisa berjalan lancar.
“Oleh karena berdasarkan pengalaman negara lain yang sudah memasuki gelombang ketiga, kita coba cegah. Kalau bisa, jangan terjadi. Kalau terjadi juga, jangan tinggi (kasusnya). Sehingga tidak menyerang murid, guru dan keluarga kita. Ini satu paket. Satu kena, mungkin bisa menular satu sama lain,” jelas Konsultan Tumbuh Kembang Anak itu.
Inti pencegahan
Soedjatmiko menambahkan, selain persiapan pada proses pembelajaran tatap muka, ia juga menekankan bahwa inti pencegahan penularan Covid-19 juga wajib diterapkan dan jangan lengah. Empat inti pencegahan yang disampaikan antara lain, menggunakan masker dengan benar, tidak berkerumun, vaksinasi, dan konsultasi.
Ia menjelaskan, penggunaan masker yang benar adalah yang menutupi hidung, mulut, dagu, pipi. Jangan longgar dan melorot. Karena menggunakan masker dengan benar dapat melindungi sebanyak 77-79 persen dari varian.
“Banyak orang memakai masker melorot tidak menutupi hidung. Sehingga dia ngotot sudah pakai masker kok, masih ketularan. Padahal maskernya melorot. Itu (masker) adalah benteng pertama,” ujarnya.
Kemudian, tidak berkerumun dan segera melakukan vaksinasi dua dosis. Terakhir, jika dirasa mengalami gejala terinfeksi Covid, segara konsultasikan ke dokter. Apabila kemudian dinyatakan positif, maka tidak akan menular kepada tetangga yang lain.
Kontributor: Nuriel Shiami Indiraphasa
Editor: Fathoni Ahmad