Jakarta, NU Online
Gerhana bulan sebagian dapat disaksikan di seluruh wilayah Indonesia pada Ahad (29/10/2023) dengan fase penumbra dimulai pukul 01.17 dini hari WIB.
Gerhana bulan merupakan fenomena alam yang dapat terjadi dua hingga empat kali dalam setahun. Pada gerhana bulan sebagian ini, Lembaga Falakiyah PBNU (LF PBNU) mengadakan pemantauan yang tersebar di 17 titik di Indonesia, di antaranya Aceh, Mataram, dan Bandung.
Secara umum, bulan mulai memasuki umbra bumi terpantau di wilayah Indonesia bagian barat dalam rincian waktu sebagai berikut:
Baca Juga
Tata Cara Shalat Gerhana Bulan
- Awal fase sebagian (U1): pukul 02.35.22 WIB
- Puncak fase sebagian: pukul 03.13.04 WIB
- Akhir fase sebagian (U4): pukul 03.52.45 WIB.
Berdasarkan data di atas, gerhana terjadi dalam waktu 1 jam 17 menit dengan persentase gerhana tampak 12% dari seluruh piringan permukaan bulan.
Perbedaan zona waktu di sebuah tempat juga menjadi salah satu penentu fase gerhana bulan dapat terlihat sejak awal hingga akhir atau tidak. Kali ini, di wilayah Indonesia bagian timur yakni Papua Barat, Papua, Papua Selatan, Papua Tengah, dan Papua Pegunungan fase akhir gerhana sebagian tidak dapat terlihat karena hari sudah terlampau terang.
Salah satu titik pengamatan gerhana bulan sebagian bertempat di Imahnoong, Lembang, Bandung Barat. Hendro Setyanto, anggota LF PBNU mengatakan untuk pemantauan ini ia menggunakan teleskop dan kamera yang dapat menangkap citra bulan secara otomatis.
"Untuk pemantauan ada teleskop F0T16 on CEM120 dan kamera ZWO ASI 183MC Pro," kata Hendro. Dari kedua alat ini, Hendro memotret citra bulan dalam interval waktu tiap 20 detik dan akan menghasilkan sekitar 800 foto selama gerhana terjadi. Oleh sebab itu, dalam pengamatan gerhana perlu dilakukan persiapan yang matang dan kapasitas penyimpanan yang memadai agar cukup menampung data foto citra bulan hingga gerhana berakhir karena pergerakan benda langit adalah hal yang tidak akan terulang.
Dari pengamatan gerhana tersebut, Hendro menyebutkan data yang dikumpulkan dapat dijadikan acuan untuk mengukur akurasi metode hisab.
Sementara itu, di Mataram, NTB terdapat dua titik pengamatan yaitu di halaman BMKG Stasiun Geofisika Mataram dan lantai dua rumah Arino Bemi Sado, dosen UIN Mataram yang juga anggota LF PBNU. Teleskop jenis ioptron digunakan untuk pemantauan di BMKG. Sedangkan di rumahnya, Arino menggunakan teleskop jenis celestron dan kamera smartphone untuk menangkap citra bulan. Arino melakukan pengamatan gerhana bulan sejak pukul 1.00 WITA dini hari hingga terbit fajar. Sembari melakukan pengamatan, Arino mengungkapkan amalan sunah yang dapat dilakukan saat terjadi gerhana.
"Sunah-sunah ketika terjadi gerhana bulan yang pertama shalat sunah khusuf. Kemudian setelah itu, memperbanyak takbir, dzikir, sedekah, dan amalan-amalan baik lainnya," tutur Arino.
Shalat khusuf dilakukan pada saat bulan sudah memasuki daerah umbra. Amalan sunah ini dapat dilakukan secara berjamaah dengan dirangkaikan dengan khutbah. Namun, jika tidak memungkinkan untuk melakukannya berjamaah, shalat khusuf juga dapat dilakukan sendirian.
Selain melakukan amalan-amalan sunah, masyarakat juga diimbau untuk tidak mengaitkan gerhana dangan hal mistis atau gaib karena sejatinya gerhana adalah fenomena alam untuk menegaskan keagungan Allah.