Gagas Wisata Religi Berbasis Masjid untuk Teladani Perjuangan Muasis NU
Rabu, 8 Februari 2023 | 07:30 WIB
Simposium Nasional Pengembangan Wisata Religi dan Ziarah Nusantara berbasis masjid, digelar LTM PBNU di Masjid Al Akbar Surabaya, Senin (6/2/2023). (Foto: NU Online/Kendi Setiawan)
Surabaya, NU Online
Warga Nahdlatul Ulama (NU) saat ini sangat istimewa, dapat menyaksikan NU di usianya yang ke-100 tahun. Organisasi Islam terbesar di Indonesia terus berkembang sampai sekarang berkat perjuangan para muasis dan masyayikh yang dengan gigih mendirikan NU. Tugas Nahdliyin saat ini adalah meneruskan perjuangan para muasis dengan merawat jagat dan membangun peradaban.
Sekretaris Lembaga Takmir Masjid Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (LTM PBNU), H Munawar Fuad Noeh mengatakan hal itu saat Simposium Nasional Pengembangan Wisata Religi dan Ziarah Nusantara, Senin (6/2/2023). Simposium bekerja sama dengan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif berlangsung di Masjid Al-Akbar Surabaya Jawa Timur.
Munawar mengatakan peradaban Islam yang berkembang ribuan tahun hingga saat ini adalah berupa masjid-masjid. “Dengan 1 Abad NU semoga kita kita mengisi dengan program yang baru pertama kali diadakan PBNU yaitu program wisata religi dan ziarah nusantara berbasis masjid,” ujarnya.
Wisata religi dan ziarah nusantara berbasis masjid tersebut menurutnya juga dalam rangka mengingat kembali dan mencontoh perjuangan para muasis. “Dan menjalankan perjuangannya,” ungkap dia.
Ketua LTM PBNU H Mansur Syaerozy menjelaskan simposium diadakan sebagai bagian dari memeriahkan Resepsi 1 Abad NU. Ia berpendapat keberkahan akan menyertai seorang Muslim yang bersedia mengurusi dan menghidupkan masjid. Ia menceritakan langkah LTM PBNU yang pada tahun 2010-2019 mengadakan kegiatan Mudik Gratis Bareng PBNU yang menyasar peserta para takmir masjid.
Menurutnya Islam dibangun dengan dua sendi yaitu syiar dan penghayatan. Jika wisata religi dan ziarah nusantara berbasis masjid dapat diadakan, niscaya akan turut membantu syiar Islam. Kemudian dari ziarah dan wisata religi tersebut, umat Islam dapat mengamalkan perjuangan para ulama terdahulu maupun ibadah lainnya.
“Tidak banyak organisasi yang bisa berumur 100 tahun itu adalah juga karena mampu membuat syiar dan menghayati dari syiar tersebut,” ungkapnya.
Ia mengingatkan bahwa rumah-rumah Allah di bumi adalah masjid. Allah memerintahkan umat Islam yang ingin menemui-Nya agar mendatangi masjid (dengan ibadah) dan memakmurkannya.
Dia berharap adanya wisata religi dan ziarah nusantara berbasis masjid juga akan menjadi bagian dari upaya memakmurkan masjid.
Sementara itu Ketua LTM PWNU Jawa Timur, KH Hizbul Wathon mengatakan ada dua masjid yang menjadi ikon umat Islam yaitu Masjidil Haram dan Nabawi. Di Indonesia adalah gudangnya masjid bersejarah sehingga memiliki banyak potensi untuk dikembangkan wisata religi berbasis masjid.
Bukan hanya bagi umat Islam, wisata religi nantinya dapat menyasar masyarakat umum. “Bagaimana agar orang luar (non-Muslim) tertarik mengunjungi masjid-masjid di Indonesia,” ungkapnya.
Simposium diharapkan menghasilkan rumusan yang akan diajukan ke PBNU untuk membuat MoU dengan Kementerian Pariwisata dalam pengembangan wisata religi dan ziarah nusantara berbasis masjid.
Pewarta: Kendi Setiawan
Editor: Syamsul Arifin