kegiatan Training of Facilitator (ToF) yang digelar oleh Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) Institut Agama Islam Shalahuddin Al-Ayyubi (INISA) Bekasi, bekerja sama dengan Gerakan Keluarga Maslahat Nahdlatul Ulama (GKMNU). (Foto: dok. LPPM INISA Bekasi)
Bekasi, NU Online
Generasi muda memiliki peran penting dalam menerapkan nilai-nilai toleransi, kebangsaan, anti-kekerasan, serta menjaga budaya lokal. Hal ini menjadi fokus dalam kegiatan Training of Facilitator (ToF) yang digelar oleh Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) Institut Agama Islam Shalahuddin Al-Ayyubi (INISA) Bekasi, bekerja sama dengan Gerakan Keluarga Maslahat Nahdlatul Ulama (GKMNU).
Mengusung tema Moderasi Beragama sebagai Pilar Bimbingan Remaja Usia Sekolah untuk Membangun Generasi yang Toleran dan Berkarakter, kegiatan ini melibatkan pengurus Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU) dan Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama (IPPNU) Kabupaten Bekasi.
Fasilitator GKMNU, M. Shofiyullah menjelaskan bahwa kebebasan informasi saat ini ibarat dua mata pisau, yang di satu sisi membawa manfaat, tetapi di sisi lain berpotensi membahayakan. Ia mengingatkan generasi muda, khususnya generasi Z, untuk lebih berhati-hati dalam mencerna informasi. Hal ini akan membantu kita lebih realistis, mampu mengendalikan diri, dan mencapai cita-cita.
"Kawan-kawan harus menyadarkan diri agar tidak terjebak pada hal-hal yang tidak baik atau kebimbangan tanpa ujung. Mulailah dengan memahami dan mengamalkan konsep dikotomi kendali, seperti lingkaran pengaruh dan perhatian dalam buku Seven Habits," ujar Shofiyullah, yang akrab disapa Opi, dalam acara yang digelar di kantor PCNU Bekasi, Ahad (24/11/2024).
Sementara itu, Dosen INISA Fatihunnada menegaskan bahwa IPNU dan IPPNU adalah generasi masa depan yang harus memahami nilai-nilai keluarga maslahat dan menjadi agen perubahan bagi masyarakat luas.
"NU melalui GKMNU memiliki program menciptakan keluarga maslahat yang dijalankan melalui berbagai inisiatif dengan kolaborasi bersama pihak-pihak berwenang. Toleransi menjadi elemen utama dalam moderasi beragama sekaligus landasan kuat bagi keluarga maslahat. Dengan toleransi, setiap orang dapat saling memahami, melengkapi kekurangan, dan menciptakan harmoni," paparnya.
Ia juga menguraikan bahwa moderasi beragama, sebagaimana dirumuskan Kementerian Agama, mencakup empat dimensi utama: komitmen kebangsaan, toleransi, anti-kekerasan, dan akomodasi terhadap budaya lokal.
Ketua IPPNU Kabupaten Bekasi, Miftah Falah Udwi Syarfiah, menyampaikan bahwa kegiatan ToF bertujuan membekali fasilitator agar mampu mendampingi remaja usia sekolah dalam memahami moderasi beragama, menjunjung nilai toleransi, serta membentuk karakter yang kuat.
"Remaja harus dibimbing dengan bijak agar tidak terjerumus pada paham-paham ekstrem. Fasilitator memegang peran strategis dalam membentuk pemahaman mereka," ujarnya.
Ia berharap kader IPNU dan IPPNU yang dilatih melalui kegiatan ini mampu menjadi agen perubahan yang menyebarkan pesan moderasi beragama di masyarakat. Dengan demikian, generasi muda dapat tumbuh menjadi individu yang toleran, berkarakter, dan siap menghadapi tantangan global.
"Program ini juga sejalan dengan inisiatif NU melalui GKMNU untuk menciptakan keluarga maslahat yang harmonis dan sejahtera," tutupnya.