GP Ansor Harap Muktamar NU Hasilkan Solusi bagi Perkembangan Pertanian
Selasa, 21 Desember 2021 | 19:00 WIB
Orientasi kerja pemberdayaan ekonomi warga Nahdliyin salah satunya perlu diperkuat dengan memperbanyak pendidikan dan pelatihan sektor pertanian, utamanya untuk kaum santri di berbagai pesantren di Nusantara.
Lampung, NU Online
Ketua Bidang Pertanian dan Kedaulatan Pangan Pimpinan Pusat Gerakan Pemuda Ansor (PP GP Ansor), H Hadi M. Musa Said berharap Muktamar ke-34 NU di Lampung melahirkan rekomendasi khusus soal pengembangan ekonomi bidang pertanian.
“Memang ini tugas berat dan sangat serius, mudah-mudahan hasil Muktamar ke-34 NU di Lampung menghasilkan rekomendasi khusus soal pengembangan ekonomi bidang pertanian,” katanya saat ditemui NU Online di lokasi Muktamar NU di Lampung, pada Selasa (21/12/2021).
Rekomendasi dan langkah riil itu, menurutnya, akan sangat bermakna bagi masa depan warga NU yang 70 persen lebih adalah petani.
“Itu penting, karena kebanyakan para petani itu tinggal di pedesaan dan setiap hari mereka pergi ke ladang, kebun, sawah untuk menjaga ketersediaan pangan nasional,” tutur tokoh yang karib disapa Haji Abang itu.
Sehingga, lanjut dia, orientasi kerja pemberdayaan ekonomi warga Nahdliyin salah satunya perlu diperkuat dengan memperbanyak pendidikan dan pelatihan sektor pertanian, utamanya untuk kaum santri di berbagai pesantren di Nusantara.
“Pemberdayaan santri petani milenial harus terus dijalankan secara simultan dengan berbagai langkah pendampingan melalui penyuluhan di lembaga-lembaga pesantren,” jelas Pengasuh Pondok Pesantren Bumi Nusantara, Cipulus, Purwakarta itu.
Hal lain, yang tak kalang penting bagi dia adalah NU harus menjadi garda terdepan untuk membela kaum petani agar kesejahteraannya tercapai.
“Ya, umumnya kesejahteraan bagi para petani di Indonesia. Khususnya petani dari kalangan nahdliyin,” pesannya.
Ia menekankan, itu menjadi semakin penting bila merujuk pada penjelasan Pendiri NU Hadrastussyekh KH Hasyim Asy’ari yang berbunyi pertanian tidaklah berdiri sendiri tetapi bagian dari kemajuan dan tatanan sebuah bangsa.
“Beliau (Romo KH Hasyim) itu mengutip banyak penjelasan dengan referensi langsung dari Al-Quran, hadits, dan kitab-kitab klasik, yang menekankan pentingnya manajemen sektor pertanian dalam ajaran Islam,” jelas Haji Abang.
Ia menerangkan bahwa banyak sekali ayat Al Quran yang menjelaskan kajian pertanian, khususnya dari perspektif fikih. Syekh Thanthowi Jauhari, mufasir modern asal Mesir, misalnya, mengelaborasinya secara komprehensif dalam kitab tafsir Al-Jawahir fi Al-Qur'an Al-Karim.
Dalam kitab tafsir itu disebutkan bahwasanya ada sekitar 750 ayat dalam Al Quran yang membahas tentang pertanian.
“Ebalorasi itu terasa semakin komprehensif ketika ditambah oleh adanya 150 ayat di dalam Al Quran yang membahas tentang fiqih pertanian (Fuadi dan Ali, 2016),” terangnya.
Ia melanjutkan, NU memiliki tanggungjawab besar untuk bersama-sama melakukan jihad kedaulatan pangan melalui pemberdayaan petani. Karena itu, upaya untuk melakukan regenerasi petani dengan menyiapkan SDM petani yang unggul dan berkualitas, harus terus dilakukan.
“Jadi tidak ada alasan bagi warga NU untuk berdiam diri dan tidak ikut menggerakkan jihad dalam mengembangkan, meneruskan, dan memajukan sektor pertanian nasional. Alangkah ruginya negeri ini kalau tidak mau melihat ini sebagai potensi dan peluang yang begitu besar untuk memajukan bangsa,” tandasnya.
Kontributor: Syifa Arrahmah
Editor: Fathoni Ahmad