Nasional

Gubernur DKI Sebut NU sebagai Sabuk Pengaman Bangsa Indonesia

Sabtu, 27 Februari 2021 | 17:05 WIB

Gubernur DKI Sebut NU sebagai Sabuk Pengaman Bangsa Indonesia

Gubernur DKI Jakarta Anies Rasyid Baswedan menghadiri puncak harlah NU ke-98 versi Hijriah, Sabtu (27/2) malam di Masjid Istiqlal Jakarta. (Foto: NU Online/Suwitno)

Jakarta, NU Online
Gubernur DKI Jakarta Anies Rasyid Baswedan menyebut bahwa Nahdlatul Ulama selama ini telah menjadi sabuk pengaman dalam perjalanan bangsa Indonesia. Hal itu tidak bisa dilepaskan dari peran ulama NU sampai usia 98 tahun saat ini. 

 

"Perjalanan sejarah bangsa ini bukan dalam bentuk pidato saja. Tapi dalam kenyataannya, NU hadir menjadi salah satu pilar penjaga utama republik ini dan sabuk pengaman perjalanan bangsa kita. Itu tidak bisa dilepaskan dari peran para ulama NU sampai usia ke-98 tahun yang kita syukuri dengan rasa bangga," kata Anies, saat menghadiri acara puncak Harlah ke-98 NU di Masjid Istiqlal Jakarta, pada 16 Rajab 1442 Hijriah yang bertepatan dengan Sabtu (27/2) malam. 

 

Menurutnya, NU punya peran yang sangat luar biasa dalam membangun perasaan keindonesiaan bagi sesama anak bangsa, selama hampir seratus tahun ini. Sedangkan tantangan ke depan yang harus dihadapi adalah membereskan masalah ketimpangan.

 

"Ketimpangan menjadi salah satu pekerjaan rumah yang besar untuk bangsa kita ke depan. Kemarin, NU mengambil peran menjadi pilar, pengaman, dan pembentuk perasaan keindonesiaan. Ke depan, NU terus menambahkan dengan menjaga peran mempersatukan atau menjaga persatuan,” harap Anies.

 

Ia menyebutkan pula beberapa ketimpangan yang terjadi. Di antaranya adalah ketimpangan di bidang pendidikan dan ekonomi. Karena itu, sulit membangun persatuan dalam kondisi ketimpangan. “Persatuan harus dibangun dalam perasaan kesetaraan,” ucapnya. 

 

Anies menegaskan bahwa persatuan membutuhkan perasaan keadilan. Karenanya, gerakan zakat yang dilakukan NU diharapkan mampu menjadi penggerak yang efektif untuk membereskan ketimpangan. 

 

Ia berharap, dalam perjalanan seratus tahun kedua nanti, NU mesti melakukan persiapan untuk menjadi lokomotif penumbuhan pengusaha di pondok pesantren seluruh Indonesia. Di dalam tubuh NU, harus dimunculkan pribadi-pribadi yang kreatif dan inovatif.

 

“Begitu pula di bidang pendidikan. Insyaallah NU terus menjadi sokoguru seperti perjalanan 100 tahun pertama,” katanya.

 

Pada kesempatan ini, hadir Rais Aam PBNU KH Miftachul Akhyar, Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siroj, Sekretaris Jenderal PBNU H Ahmad Helmy Faishal Zaini, Ketua PBNU KH Marsudi Syuhud, KH Abdul Manan Abdul Ghani, Ketua LD PBNU KH Agus Salim, Sekretaris LD PBNU KH Bukhori Muslim, beserta para pimpinan lembaga dan badan otonom PBNU.

 

Hadir juga Ketua PWNU DKI Jakarta KH Syamsul Maarif, Imam Besar Masjid Istiqlal Jakarta KH Nasaruddin Umar, Wakil Ketua DPR RI H Abdul Muhaimin Iskandar, dan Wakil Ketua MPR RI H Jazilul Fawaid.

 

Acara ini dilangsungkan secara online dan offline. Dilakukan via aplikasi Zoom yang diikuti oleh seluruh pengurus wilayah dan cabang NU se-Indonesia, serta disiarkan langsung melalui TVRI dan Kanal Youtube TVNU Nahdlatul Ulama. 

 

Sementara untuk offline, acara ini dilangsungkan dengan sangat menerapkan protokol kesehatan yang ketat. Terlihat para jamaah yang hadir di Masjid Istiqlal sangat terbatas, hanya 200 orang dari kapasitas ruang untuk 35 ribu orang.

 

Mereka tampak memakai face shield dan menjaga jarak sejauh 1,5 meter. Sebelum memasuki ruang acara, terlebih dulu dicek suhu tubuh, mencuci tangan dengan hand sanitizer, dan dipastikan memakai masker. 

 

Pewarta: Aru Lego Triono
Editor: Kendi Setiawan