Tangkap layar Gubernur Nusa Tenggara Timur (NTT) Viktor Bungtilu Laiskodat pada peringatan Harlah Ke-96 NU di Hotel Meruora Labuan Bajo, Kecamatan Komodo, Kabupaten Manggarai Barat, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), Sabtu (5/2/2022).
Manggarai Barat, NU Online
Nahdlatul Ulama (NU) berkontribusi tidak hanya untuk satu golongan, tetapi untuk semua kalangan tanpa memandang ras, suku, agama, dan budaya. Prinsip tersebut sudah menjadi komitmen organisasi Islam terbesar ini karena NU berpegang pada trilogi ukhuwah, yaitu ukhuwah islamiyah, ukhuwah wathaniyah, dan ukhuwah insaniyah.
Berkaitan dengan hal itu, Gubernur Nusa Tenggara Timur (NTT) Viktor Bungtilu Laiskodat menyampaikan, NU merupakan organisasi milik bangsa Indonesia, bukan hanya milik satu agama tertentu.
"NU itu milik bangsa Indonesia, bukan milik salah satu agama," kata Viktor dalam sambutannya di acara peringatan Harlah Ke-96 NU di Hotel Meruora Labuan Bajo, Kecamatan Komodo, Kabupaten Manggarai Barat, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), Sabtu (5/2/2022). Ucapan Viktor itu pun disambut tepuk tangan meriah seluruh hadirin.
Pria kelahiran 17 Februari 1965 itu beralasan, selama ini kontribusi NU tidak hanya untuk umat Muslim, tetapi juga untuk non-Muslim seperti menjaga keamanan umat Kristiani di gereja-gereja dan di Bali.
"Kalau tidak ada NU hari ini, tidak akan ada gereja-gereja baik (terawat). Kalau tidak ada NU, tidak ada yang namanya Bali itu jalan baik. Ini NU yang berdiri tegak dengan semangat kebangsaannya," papar Viktor.
Ia menyampaikan terima kasih kepada Pengurus Besan Nahdlatul Ulama (PBNU) yang telah menjadikan NTT sebagai salah satu titik acara peringatan Harlah Ke-96 NU dengan tema Merawat Jagat Kemaritiman, Membangun Peradaban Nelayan.
"Saya sebagai Gubernur (NTT) menyampaikan terima kasih kepada PBNU yang telah menempatkan NTT sebagai tuan rumah milad Ke-96 NU. Kami merasa terhormat,” ucap Viktor.
Dalam kesempatan itu, Ketua Umum PBNU KH Yahya Cholil Staquf (Gus Yahya) juga menyampaikan, alasan pihaknya menjadikan NTT sebagai salah satu lokasi peringatan Harlah karena NTT merupakan ‘miniatur’ Indonesia dengan kemaritimannya.
Dalam pandangan Gus Yahya, bangsa maritim merupakan bangsa yang tangguh karena memiliki mental luhur, yaitu berbaik sangka kepada Tuhan, berbaik sangka kepada sesama manusia, dan mampu mengenali dan akrab dengan alam sekitar. Karakter tersebut, lanjut Gus Yahya, perlu menjadi prinsip NU dalam membangun peradaban.
"NTT adalah miniatur Indonesia dan perwujudan dari watak peradaban Nusantara, yaitu watak maritim. Bahwa peradaban Indonesia ini adalah peradaban maritim, masyarakat Indonesia ini adalah masyarakat dengan karakter maritim," ujar Gus Yahya dalam sambutannya.
Karakter peradaban maritim ini, kata Gus Yahya, akan menjadi modal kekuatan NU dalam menyongsong perjuangan peradaban yang pasti tidak akan mudah. "Dengan karakter maritim ini, NU punya modal untuk mengarungi perjuangan yang berat," lanjut pria kelahiran Rembang, Jawa Tengah itu.
Sebagaimana diketahui, tema besar Halah Ke-96 NU adalah Menyongsong 100 Tahun Nahdlatul Ulama: Merawat Jagat, Membangun Peradaban. Perhelatan akbar ini dilaksanakan di empat provinsi yang berbeda, yaitu di Balikpapan atau Samarinda di Kalimantan Timur, Labuan Bajo di Nusa Tenggara Timur (NTT), Palembang dan Muara Enim di Sumatra Selatan, dan Bangkalan di Jawa Timur.
NU didirikan pada tanggal 31 Januari 1926 dalam perhitungan tahun masehi di kota Surabaya, Jawa Timur. Sementara dalam perhitungan hijriyah, NU berdiri pada tanggal 16 Rajab 1344 H.
Dengan demikian, jika menghitung tahun Masehi, NU sudah memasuki usia ke-96 di tahun 2022. Sedangkan mengacu pada perhitungan tahun hijriyah, NU memasuki usia ke-99 pada tahun 1443 H. Setiap tahun, Harlah NU diperingati dua kali, yakni 31 Januari dan 16 Rajab.
Kontributor: Muhamad Abror
Editor: Kendi Setiawan