Gus Kikin Ajak Umat Islam Ibadah Puasa Ramadhan Sesuai Tuntunan Rasulullah: Tinggalkan Ghibah
Selasa, 19 Maret 2024 | 14:00 WIB
Gus Kikin saat memgisi ngaji Kitab Adabul Alim wa Muta'alim di Pesantren Tebuireng Sains, Jombang, Jawa Timur. (Foto: NU Online/Syarif)
Jombang, NU Online
Pj Ketua Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) KH Abdul Hakim Mahfudz (Gus Kikin) mengajak umat Islam untuk menjalankan ibadah puasa Ramadhan sesuai tuntunan Rasulullah dengan membersihkan hati, damai, dan saling menghormati.
Gus Kikin menyebutkan bahwa puasa sesuai tuntunan Rasulullah, di antaranya meninggalkan ghibah (menggunjing orang lain) dan meninggalkan dusta, begitu juga meninggalkan perbuatan haram lainnya.
Hal ini sesuai dengan hadis riwayat nabi Abu Hurairah: "Barangsiapa yang tidak meninggalkan dusta dan malah melakukan konsekuensinya, maka Allah tidak memandang lagi makan dan minum yang ia tinggalkan." (HR. Bukhari Nomor 1903).
“Agar makna ibadah puasa yang diajarkan oleh Rasulullah dapat kita sikapi dan jalankan dengan penuh keikhlasan,” jelas Gus Kikin, Selasa (19/3/2024).
Menjaga lisan sangat penting dilakukan agar puasa seorang Muslim ketika Ramadhan tidak menjadi sia-sia, sehingga lapar dan haus selama puasa tetap diganjar pahala oleh Allah.
Rasulullah juga mengingatkan hal ini dalam hadits. Dari Abu Hurairah, Nabi bersabda: "Betapa banyak orang yang hanya dapati dari puasa rasa lapar dan dahaga saja. Dan betapa banyak orang yang shalat malam hanya mendapatkan rasa capek saja." (HR. Ahmad 2:373 dan Ibnu Majah Nomor 1690).
“Mari kita menjalani ibadah puasa ini dengan hati yang damai dan hati yang bersih serta saling menghormati antarsesama umat Islam,” imbuh Pengasuh Pesantren Tebuireng, Jombang, Jawa Timur ini.
Gus Kikin menambahkan, seringkali perpecahan bermula dari mulut. Perbuatan ghibah, misalnya, kerap menimbulkan perpecahan.
Lebih lanjut ia menegaskan bahwa Indonesia memiliki penduduk dan masyarakat yang majemuk, sehingga menjaga kerukunan dan persaudaraan adalah hal paling utama.
Baca Juga
Tata Cara Hindari Ghibah dalam Hati
Selain itu, masyarakat selalu memiliki sensitivitas yang berbeda-beda. Terkadang sesuatu yang bagi masyarakat tertentu jadi hal biasa, tetapi jadi masalah besar bagi masyarakat lainnya. Karena itu, perlu berhati-hati dalam berbicara dan tidak ghibah.
Dengan ukhuwah yang sudah terbangun, maka akan lebih mudah melakukan hal yang baik selanjutnya. Termasuk upaya membangun bangsa dan negara. Karena infrastruktur tidak akan terbangun jika konflik terus terjadi.
"Tidak kalah pentingnya kita menjaga toleransi, mengedepankan kerukunan, dan menjaga ukhuwah islamiyah," katanya.
Ia mengatakan pentingnya menjaga lisan karena kesalahan yang menyinggung perasaan manusia tidak cukup hanya dengan membaca istighfar, tetapi harus menyampaikan langsung kepada orang yang disinggung tersebut.
Lalu setelah seseorang yang berpuasa bisa menjaga persatuan, kerukunan, dan toleransi maka diharapkan puasanya diterima Allah. Karena puasa akan langsung diberikan pahala oleh Allah.
“Semoga amal ibadah kita diterima oleh Allah dan dapat meningkatkan ketakwaan kita,” tandasnya.