Pengasuh Pesantren Raudlatut Thalibin Leteh, Rembang, Jawa Tengah, KH Ahmad Mustofa Bisri (Gus Mus) saat memberikan tausiyah dalam acara temu alumni pesantren asuhannya. (Foto: NU Online/Hanan)
Rembang, NU Online
Pengasuh Pesantren Raudlatut Thalibin Leteh, Rembang, Jawa Tengah KH Ahmad Mustofa Bisri (Gus Mus) mengajak segenap alumni pesantren yang diasuhnya untuk tidak malu dengan predikat santri. Hal ini ia sampaikan dalam acara temu alumni pesantren tersebut, Sabtu (2/11) di aula pesantren setempat.
Dalam kesempatan itu, Gus Mus menceritakan sosok ayah dan kakaknya, yakni KH Bisri Mustofa dan KH Cholil Bisri yang tidak melepaskan predikat santri yang disandangnya meskipun tengah menjabat sebagai anggota dan wakil ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR).
“Beliau berdua ini mengajarkan kepada kita bagaimana berpolitik secara etika. Meskipun sudah menjadi anggota MPR, meskipun sudah menjadi wakil ketua MPR, beliau tidak melepaskan predikat santrinya. Wajah santrinya tampak di mana-mana,” cerita Gus Mus.
Kiai Cholil Bisri misalnya, itu sampai keliling ke Eropa segala macam itu tetap disegani oleh kawan-kawannya sesama anggota MPR karena beliau masih tampil dengan kepribadian santrinya,” tambahnya.
Mustasyar Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) ini juga menyinggung dengan seringnya santri yang merasa minder dan tidak menampakkan jati diri kesantriannya, yang itu bertolak belakang dengan sikap Kiai Cholil.
“Kadang-kadang santri malah minder, ketika bertemu orang lain terus tidak menampakkan jati diri kesantriannya. Malu kalau terlihat kesantriannya. Kalau Kiai Cholil tidak begitu, beliau malah tidak menampilkan wujud ke-kotaannya,” tukasnya.
Ia melanjutkan, hal semacam ini biasanya diakibatkan oleh banyaknya hinaan sehingga banyak santri ketika berada di kota kemudian melepaskan dan menanggalkan jati diri santrinya.
“Kebiasaan santri-santri itu kalau sudah di kota itu langsung menjadi sok-sokan, seakan-akan tidak pernah di pesantren. Padahal pesantren itu ndeso. Gara-gara dihina terus, kalau jelek itu ndeso, ndesit. Itu terus malu,” bebernya.
Gus Mus juga berpesan kepada alumni untuk dapat menjadi pribadi yang tidak hanya ingat dan peduli kepada pesantren maupun santri saja, tapi juga peduli kepada masyarakat umum, seperti apa yang telah dicontohkan oleh Kiai Bisri dan Kiai Cholil.
“Kalian semua itu alumni taman pelajar Islam (TPI) Rembang. Cirinya selain di ilmu alat, pengasuhnya mulai dari Sang Pendiri, KH Bisri Mustofa sampai penerusnya KH Cholil Bisri Mustofa, adalah orang-orang yang tidak hanya peduli pada pesantren dan santri, tapi juga peduli kepada masyarakat secara umum. Ini harus diingat supaya kalian tahu akan jati diri dan peduli terhadap masyarakat,” pesannya.
Kontributor: Ahmad Hanan
Editor: Aryudi AR