Gus Mus: Pandemi Covid-19 Ingatkan Kita Bahwa Semua Manusia Bersaudara
Jumat, 4 September 2020 | 02:30 WIB
Mustasyar Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Ahmad Mustofa Bisri (Gus Mus). (Foto: dok. istimewa)
Jakarta, NU Online
Mustasyar Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Ahmad Mustofa Bisri atau Gus Mus menegaskan bahwa pandemi Covid-19 mengingatkan masyarakat Indonesia bahwa semua bersaudara. Pandemi yang memunculkan krisis di semua sektor kehidupan membutuhkan uluran tangan dan bantuan dari seluruh kalangan. Termasuk dalam membantu dan menanggulangi penyebaran virus corona.
“Pandemi ini mengingatkan kita semua bahwa kita sebetulnya se-saudara. Selama ini ditipu oleh dunia sehingga kita berjarak dengan saudara-saudara kita sendiri, sesama manusia yang dimuliakan Tuhan,” tutur Gus Mus pesan video di Instagramnya, Kamis (3/9).
Dalam kesempatan lain, Gus Mus menuturkan, masyarakat tidak boleh melepas tangan, tidak ikut memerangi virus ini. Sebab, akan sia-sia pengorbanan mereka dalam melawan virus corona kalau ada di antara kita, bahkan banyak di antara kita yang terlalu teledor, tidak disiplin dalam mematuhi protokol kesehatan.
“Seperti yang diterapkan para ahli kesehatan. Ini persoalan kemanusiaan, persoalan kita bersama, yang memang diajarkan oleh Tuhan lewat pandemi ini, bahwa kita adalah makhluk yang dimuliakan oleh Allah,” ucap Gus Mus dalam kesempatan pertemuan daring yang digelar Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Rabu (2/9) lalu untuk mendoakan 100 dokter yang meninggal karena terpapar Covid-19.
Jadi, menurutnya, karena mungkin manusia tidak terlalu berjarak dengan dunia, sangat dekat dengan dunia, manusia melupakan diri mereka sendiri bahkan bukan hanya saudara sesama bangsa, tetapi juga dengan sesama umat beragama, manusia berjarak sedemikian rupa.
“Nah sekarang, Tuhan memberikan musuh bersama, yaitu virus corona, yang mestinya kita tanggulangi bersama, kita tidak boleh lagi egois hanya mementingkan diri sendiri,” jelas Gus Mus.
Terutama umat Islam, lanjut Gus Mus. Ia mengingatkan Sabda Nabi Muhammad SAW dalam hadits yang muttafaq alaih, hadits populer, yang kadang-kadang salah dimaknai oleh beberapa orang, layu’minu ahadukum hatta yuhibba liakhihi ma yuhibbu linafsih (Belum sempurna iman seseorang di antara kalian sebelum dia menyukai sesuatu untuk saudaranya, sebagaimana ia menyukainya untuk dirinya sendiri)
“Jadi kalau ingin sehat, kita juga harus suka dan harus senang kalau orang lain sehat. Jika kita tidak ingin terpapar, kita juga harus ingin saudara kita tidak terpapar. Demikian seterusnya,” kata Gus Mus.
“Maka dalam kesempatan ini saya ingin mengingatkan dan menegaskan kepada saudara-saudara saya di mana pun berada. Marilah kita tepati protokol kesehatan, memakai masker menjaga jarak, dan mencuci tangan,” imbuhnya.
Dengan demikian, tandas Gus Mus, seseorang membantu virus corona tidak terus menjalar ke sana ke mari. “Di sini diobati dan ditangani, kemudian merebak ke sana karena di sana tidak mematuhi protokol dan disiplin medis,” terangnya.
Gus Mus merasakan kesedihan mendalam atas gugurnya 100 dokter karena Covid-19. Ia menegaskan bahwa melawan Covid-19 membutuhkan peran maksimal semua pihak.
“Kesedihan mendalam terhadap para pejuang pandemi ini, lebih mengingatkan kepada kita bahwa melawan pandemi ini adalah persoalan kemanusiaan, artinya persoalan kita bersama. Bukan hanya persoalannya para dokter, bukan hanya persoalan tenaga medis, tetapi persoalan kita semua. Karena virus ini menimpa kita semua,” ujarnya.
“Mudah-mudahan Allah Tuhan Yang Esa, Tuhan Yang Maha Pemurah menerima amal mereka dan menempatkan di tempat yang layak sesuai dengan jasa dan amal perbuatan mereka,” doa Gus Mus untuk para dokter dan tenaga medis yang gugur.
Pewarta: Fathoni Ahmad
Editor: Muchlishon