Nasional

Gus Muwafiq: Pertemuan Virtual, Dulu Hanya Bisa Dilakukan oleh Para Wali

Rabu, 11 Agustus 2021 | 05:30 WIB

Gus Muwafiq: Pertemuan Virtual, Dulu Hanya Bisa Dilakukan oleh Para Wali

Gus Muwafiq

Pontianak, NU Online


KH Ahmad Muwafiq memaparkan bahwa teknologi saat ini sebenarnya sudah ada gambarannya di zaman para wali. Seperti pertemuan secara tidak langsung, jika sekarang disebut pertemuan virtual atau daring, maka dahulu para wali juga melakukan pertemuan tidak langsung dengan karomahnya di Pamijahan.


“Sebenarnya, pertemuan secara tidak langsung sudah ada sejak zaman dahulu. Kalau sekarang pertemuan tidak langsung dapat dilangsungkan di hp atau komputer menggunakan kuota, kalau dulu para wali melakukan pertemuan tidak langsung di Pamijahan tapi menggunakan tirakat atau amalan tertentu,” ungkap kiai yang akrab dipanggil Gus Muwafiq pada saat mengisi acara virtual Peringatan Satu Muharam, Istighatsah dan Doa Tolak Bala Senin (9/8).


Ia menjelaskan bahwa saat ini manusia sampai di titik peradaban yang diimpikan oleh orang zaman dahulu. Dengan teknologi, manusia dipermudah dalam melakukan segala hal, seperti belajar, saling sapa dengan kerabat jauh, memesan barang, dan kegiatan lainnya.


Menurutnya, kemudahan tersebut dapat dinikmati oleh siapapun tidak memandang agama, suku, dan akhlak, semuanya dapat merasakan. “Allah memberikan akal kepada manusia untuk menjawab segala tantangan kehidupan, termasuk saat ini, kita dilarang bertemu karena Covid, ternyata manusia mampu cari terobosan agar bisa bertemu, ya dengan pertemuan seperti malam ini,” tutur Gus Muwafiq.


Gus Muwafiq menganalogikan teknologi saat ini dengan hardisk milik Allah, yaitu Lauhul Mahfudz yang berupa isi dari seluruh kehidupan manusia. Sementara kuota adalah hal yang dibutuhkan manusia, layaknya kuota rizki, kuota jodoh, dan kuota lainnya.


“Anak milenial saat ini paling sedikit menduplikasi lauhul mahfudz, apapun yang kita lakukan pasti ada record-nya,” tandasnya.


Selain itu, Gus Muwafiq juga menambahkan, bahwa manusia dianjurkan saling bersapa dan mengirim doa. “Kita diajarkan tentang saling mendoakan. Dengan kuota kita bisa kirim pesan doa, kirim foto. Tapi kalau nggak punya kuota ya cari kuota gratisan. Nah mencari kuota gratisan itu sama dengan bertawasul kalau dulu, 


Kiai asal Yogyakarta ini memaparkan bahwa perempuan virtual seperti peringatan Satu Muharram ini adalah berkah, karena bisa bertemu dengan para kiai tanpa harus sowan. Ia berharap masyarakat tetap menyikapi keadaan saat ini dengan batas kewajaran.


“Negara Eropa ketika dinyatakan social distancing biasa aja karena jiwa sosial mereka kurang. Kalau Indonesia kan negara sosial, istilahnya makan gak makan ngumpul. Jadi, masyarakat keberatan ketika adanya social distancing ini. Makanya, mari kita wajarkan keadaan saat ini,” imbuhnya.


Kontributor: Siti Maulida
Editor: Syakir NF