Gus Nadir Sebut Politisasi Al-Quran sebagai Penyakit Klasik Umat Islam
Selasa, 1 Oktober 2019 | 16:00 WIB
Rais Syuriyah PCINU Australia-Selandia Baru KH Nadirsyah Hosen (Gus Nadir) mengingatkan kembali bahaya politisasi ayat-ayat dalam kitab suci. Menurutnya, politisasi ayat-ayat suci bukan hal baru dalam sejarah perkembangan umat Islam di dunia, tetapi berdampak pada perpecahan dan pembelahan di tengah umat Islam.
Guru besar ilmu hukum pada Monash University ini mengatakan bahwa politisasi kitab suci Al-Quran telah dilakukan sejak abad-abad awal perkembangan umat Islam. Ia menambahkan bahwa politisasi agama harus dicegah karena sebagaimana peristiwa yang sudah-sudah telah menumpahkan darah umat Islam sendiri.
Demikian disampaikan oleh Gus Nadir pada saat peluncuran buku terbarunya yang berjudul, Tafsir Al-Quran di Medsos di Pesantren Takhaassus Institut Ilmu Al-Qur’an (IIQ) Jakarta, Jalan M Thoha Nomor 31, Pamulang Timur, Tangerang Selatan, Senin (30/09) malam.
“(Politisasi agama) Sudah ada sejak dulu. Contoh, Dinasti Umayyah yang berkuasa selama 1000 bulan (sekitar 93 tahun) tumbang kemudian digantikan Dinasti Abbasiyah yang melalui pertumpahan darah,” kata Gus Nadir yang juga Wakil Ketua Pengasuh Pesantren Takhaassus Institut Ilmu Al-Qur’an (IIQ) Jakarta ketika menjelaskan awal mula politisasi agama dalam perjalanan sejarah umat Islam.
Kemudian, kata Gus Nadir melanjutkan ceritanya, muncul klaim bahwa Dinasti Abbasiyah lebih baik dari Dinasti Umayyah dengan memolitisasi Surat Al-Qadar. Padahal peristiwa turun ayat tersebut tidak berhubungan dengan situasi politik saat itu dan turun bukan disebabkan oleh situasi seperti itu.
“Tafsir itu plural, bukan tunggal,” kata Gus Nadir.
Ketika ditanya perihal fenomena terkini di mana banyak masyarakat menjadikan medsos menjadi rujukan dan cara paling mudah bagi mahasiswa dan pelajar secara umum menyaring berita di medsos, Gus Nadir menjawab bahwa mahasiswa dan pelajar harus kritis dalam menerima informasi atau materi apapun, termasuk yang berkenaan dengan agama.
“Medsos ini hanya platform. Pertarungannya adalah di konten,” kata Gus Nadir.
Gus Nadir menyampaikan bahwa penulisan buku tafsir Al-Quran yang baru diluncurkannya ini diilhami oleh peristiwa gaduh politik Pilkada DKI Jakarta 2017. Ia menyatakan keresahannya ketika itu di mana pengertian Al-Qur’an dipermainkan untuk kepentingan politik partisan.
Pada peluncuran buku ini hadir sebagai narasumber Direktur Wahid Foundation Hj Yenny Wahid dan Gitaris Slank Ridho Hafiedz dengan Dosen Fakultas Ushuluddin dan Dakwah IIQ Muhammad Ulinnuha.
Peluncuran buku ini disambut meriah masyarakat terutama kalangan remaja. Mereka memenuhi kompleks Pesantren Takhaassus Institut Ilmu Al-Qur’an (IIQ) Jakarta.
Pewarta: Alhafiz Kurniawan
Editor: Kendi Setiawan