Jakarta, NU Online
Mustasyar Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Ahmad Mustofa Bisri (Gus Mus) memiliki cara unik ketika silaturahim atau berkunjung ke rumah seseorang. Ketidaklumrahan itu adalah dengan tidak memberi kabar mengenai kedatangannya kepada sang tuan rumah.
Hal tersebut diungkapkan intelektual muda Nahdlatul Ulama, Ulil Abshar Abdalla dalam acara Maulid Tasawuf Milenial di Kafe Leha-Leha Yogyakarta, bersama esais Hairus Salim, yang juga disiarkan melalui akun facebook Ulil Abshar Abdalla, pada Jumat (15/10/2021) malam.
Diceritakan, Gus Mus pada sekitar satu pekan lalu datang ke Yogyakarta untuk membesuk seniman kenamaan Indonesia yang sedang sakit, Butet Kartaredjasa. Sebelum berkunjung, Gus Mus sama sekali tidak memberikan kabar apa pun tentang kedatangannya itu kepada tuan rumah.
“Bahkan beliau melarang kepada siapa pun untuk tidak memberi tahu siapa pun tentang kehadirannya itu. Jadi beliau datang benar-benar tidak diketahui sama sekali. Ketika sampai ke rumah Mas Butet, karena Gus Mus pakai masker, Mas Butet sempat tidak tahu siapa yang datang,” terang Gus Ulil.
Butet sempat bertanya siapa yang datang ke rumahnya itu. Ketika Gus Mus menyebutkan namanya, Butet sangat kaget karena tidak menyangka yang datang itu adalah Gus Mus.
“Gus Mus itu sering datang, sowan, atau silaturahmi tanpa memberi tahu. Jadi filosofi Gus Mus itu kalau sowan atau ziarah kepada orang tidak pernah menelepon terlebih dulu. Karena kalau menelepon, orang (tuan rumah) bisa repot. Apalagi yang datang sekelas beliau,” tutur Gus Ulil.
Dikatakan, menelepon atau memberi kabar terlebih dulu sebelum silaturahim itu akan menimbulkan kerepotan. Sebagai tamu juga akan repot karena kalau sudah terlanjur janji tetapi ternyata tidak jadi datang maka akan timbul rasa tidak enak.
“Beliau tidak mau kehadirannya diketahui. Jadi datang saja. Beliau semangatnya tidak merepotkan orang dan diri sendiri. Merepotkan itu akan membuat orang kemanusiaannya, walaupun seinci, akan berkurang, karena menjadi sibuk mempersiapkan segala macam,” terangnya.
Bahkan, kata Gus Ulil, terkadang orang yang didatangi dengan sebelumnya diberi tahu itu akan tampil tidak apa adanya karena harus mempersiapkan segalanya sehingga substansi dari ketulusan seseorang akan hilang.
“Jadi saya anggap filosofi semacam ini luar biasa. Gus Mus tidak mau merepotkan orang. Beliau mengatakan, kita kalau mau datang ya datang saja. Kalau orangnya ada alhamdulillah, kalau tidak ya pulang,” tambah Gus Ulil.
Berkali-kali Gus Mus mendapati orang yang dikunjungi tidak ada di rumah. Kemudian pulang tanpa rasa kecewa. Karena menurut Gus Mus, minimal niat untuk silaturahim sudah dicatat oleh para malaikat dan mendapatkan pahala.
Gus Ulil menyatakan apa yang dilakukan Gus Mus, juga ulama lain merupakan manifestasi atas kebiasaan Nabi Muhammad. Selain tidak ingin merepotkan banyak orang, Gus Mus pun kerap menghadirkan kenyamanan bagi setiap orang yang berada di dekatnya. Sebagaimana perilaku Nabi Muhammad semasa hidup bersama para sahabat.
“Kalau kita berada di dekat beliau, kita merasa nyaman. Jadi kan ada orang-orang yang kalau kita bersanding di dekatnya, kita merasa tidak nyaman atau merasa terancam. Tetapi kalau di sekitar Gus Mus itu luar biasa. Kita merasakan kenyamanan luar biasa,” terang putra Pengasuh Pondok Pesantren Mansajul Ulum, Pati, Jawa Tengah, KH Abdullah Rifa’i itu.
Orang-orang yang berada di dekat Gus Mus akan merasakan kenyamanan dengan menikmati percakapan dan cerita-cerita yang disampaikan. Disebutkan bahwa Gus Mus adalah kiai yang mampu bercerita dengan sangat baik atau good story teller.
“Jadi, beliau menimbulkan kenyamanan buat orang-orang yang ada di sampingnya. Nah kanjeng nabi juga sama. Orang yang membuat sahabat nyaman kalau disowani,” terang Gus Ulil.
Bahkan para sahabat kalau sowan ke kanjeng Nabi ingin selalu berlama-lama. Ruang tamu Nabi Muhammad pun tidak pernah sepi dari sahabat yang memang sengaja untuk bersilaturahim.
Pewarta: Aru Lego Triono
Editor: Zunus Muhammad