Gus Yahya Sebut Gagasan Humanitarian Islam sebagai Komitmen Bangun Kesejahteraan Manusia
Selasa, 21 Februari 2023 | 16:30 WIB
Ketua Umum PBNU KH Yahya Cholil Staquf (Gus Yahya) saat Kajian Ramadhan Nusantara, Jumat (15/4/2022) di Gedung PBNU Kramat Raya Jakarta Pusat. (Foto: NU Online/Suwitno)
Jakarta, NU Online
Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), KH Yahya Cholil Staquf atau Gus Yahya mengegaskan, memperjuangkan Islam demi kepentingan eksklusif semata tidak akan membawa maslahat apapun terhadap Islam.
“Karena harus membentuk berbagai macam kekuatan dan hanya berujung merusak,” ungkap Gus Yahya dalam tayangan podcat “KH Yahya Staquf: Gerak Cepat PBNU, Gus Dur, Dan Persoalan Israel”, dikutip NU Online, Selasa (22/2/2023).
Maka itu, Gus Yahya melantangkan gagasan humanitarian Islam sebagai komitmen untuk menciptakan kesejahteraan umat manusia secara keseluruhan. Kontruksi pemikiran tersebut ia namakan Al Islamu Al Insaniyah, Islam untuk kemanusiaan, atau yang santer disebut Humanitarian Islam.
“Tidak ada yang lebih baik sebagai cara untuk membantu Islam selain dengan menolong kemanusiaan seluruhnya,” ucap kiai kelahiran Rembang, 16 Februari 1966 tersebut.
Sedikit banyak gagasan humanitarian Islam yang menjadi trade mark Gus Yahya itu terilhami oleh gagasan Presiden ke-4 RI KH Abdurrahman Wahid atau Gus Dur. “Saya memahami itu sebenarnya dari ajaran Gus Dur juga,” tuturnya.
Gus Yahya juga mengungkapkan telah sampai pada keyakinan dan tekad bahwa harus ada sesuatu yang dilakukan sebagai strategi struktural di dalam organisasi NU. Ini supaya NU sebagai organisasi Islam dengan jumlah pengikut terbesar di Indonesia itu mampu mengembangkan berbagai macam peran yang diperlukan.
NU di abad kedua
Berangkat pada gagasan tersebut, Gus Yahya menjadi sosok terdepan dalam menyebarluaskan pokok pikiran humanitarian Islam. Islam humanis, baginya, merupakan salah satu solusi di tengah gersangnya nilai kemanusiaan di penjuru dunia.
Selain mengembangkan gagasan Islam humanis sebagai instrumen membentuk peradaban yang harmonis, Gus Yahya juga menegaskan bahwa memasuki abad yang kedua ia memiliki beberapa fokus terkait format keorganisasian yang akan dibangun. Selain itu, ia juga mencanangkan untuk membangun agenda strategis fundamental.
Maka itu, Gus Yahya mengatakan akan menguatkan konsoldasi dari khidmah supaya menjelma sesuatu yang secara keseluruhan menjadi lebih strategis.
“Itu yang kemudian saya pikirkan. Mencari cara untuk mengosolidasikan semua,” katanya.
konsolidasi komprehensif itu, diharapkan memuluskan konstruksi organisasi yang ingin diciptakan dan tujuan strategis yang akan dicapai.
“Ketika visi ini tidak dieksekusi, di situ harus ada pertimbangan realistis. Karena semua inisiasi yang kita lakukan harus jalan betul bukan hanya bunyi-bunyian,” katanya.
“Sehingga secara realistis harus diukur apa yang bisa kita capai. Karena waktunya terbatas, kita harus buat skala prioritas. Kita harus pilih mana inisiasi yang akan punya dampak sistemik dan mungkin dijalankan pada satu titik dan tidak bisa berbalik,” tutupnya.
Pewarta: Nuriel Shiami Indiraphasa
Editor: Aiz Luthfi