Gus Yahya Sebut Muktamar Internasional Fiqih Peradaban adalah Lanjutan Forum R20
Kamis, 2 Februari 2023 | 21:47 WIB
Ketua Umum PBNU KH Yahya Cholil Staquf saat menyampaikan pidato pada Pertemuan Pengantar Muktamar Internasional Fiqih Peradaban di Jakarta, Kamis (15/12/2022). (Foto: NU Online/Suwitno)
Jakarta, NU Online
Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Yahya Cholil Staquf (Gus Yahya) mengatakan, Muktamar Internasional Fiqih Peradaban I yang akan digelar di Surabaya pada 6 Februari 2023 adalah kelanjutan dari Forum Religion of Twenty (R20) yang telah terselenggara pada November 2022 lalu.
"Muktamar ini sebetulnya kelanjutan dari bagian strategi NU melalui R20," ucap Gus Yahya dalam acara ngopi bareng dengan para pemimpin redaksi media nasional dan perwakilan media asing, di Gedung PBNU, Jakarta, pada Rabu (1/2/2023).
Ia menjelaskan bahwa gagasan dasar R20 adalah untuk menggalang konsolidasi pemimpin semua agama di dunia untuk bersama-sama membangun dan mengeksekusi strategi menjadikan agama dalam posisi menawarkan solusi. Dengan kata lain, tidak lagi sebagai bagian dari masalah.
Sebab, Gus Yahya berterus terang bahwa sampai saat ini, agama masih saja menjadi bagian dari masalah peradaban dan kehidupan umat manusia di dunia. Untuk itulah, PBNU menginisiasi forum agama-agama berskala internasional agar agama bisa berperan sebagai penyumbang solusi bagi dinamika kehidupan umat manusia dan peradaban.
"Agama-agama ini harus bisa menyelesaikan masalah di internalnya. (Contoh) orang Islam pada umumnya masih ada kecenderungan musuhan dengan Kristen," ucap Gus Yahya.
Ia kembali menegaskan bahwa Muktamar Internasional Fiqih Peradaban I di Surabaya merupakan kelanjutan dari Forum R20 yang topiknya soal perlindungan terhadap agama minoritas. Persoalan tersebut terjadi di berbagai negara, di antaranya India, Myanmar, dan Afrika Tengah.
Hal tersebut menunjukkan bahwa agama di dunia ini masih memiliki masalah dan harus ada jalan keluarnya agar tidak terus-menerus melanggengkan problem bagi peradaban umat manusia.
Di dalam Forum R20, kata Gus Yahya, sudah dimunculkan wacana untuk melakukan rekontekstualisasi elemen-elemen ajaran di dalam agama masing-masing.
"Karena kenyataannya di dalam setiap agama, ada elemen-elemen ajaran yang mendorong permusuhan terhadap siapa pun yang dianggap berbeda," tegas Gus Yahya.
Ia menjelaskan, para pemimpin agama dunia sangat tegas menyatakan untuk menjadikan R20 bukan hanya sebagai forum tetapi gerakan global. Karena itu, di beberapa negara sudah ada tindak lanjut dengan menggelar inisiasi gerakan masing-masing.
"Berbagai pihak di Irak, Afrika Barat, dan Amerika, mereka mengolah sendiri kelanjutan dari gerakan R20 ini," ucap kiai kelahiran Rembang, Jawa Tengah, pada 16 Februari 1966 itu.
Begitu pula PBNU di Indonesia yang melanjutkan gerakan R20 dengan sebuah diskusi internal umat Islam, yakni Muktamar Internasional Fiqih Peradaban I.
"Ini forum internal agama Islam untuk membicarakan hal-hal masalah di dalam Islam. Karena jelas di Islam ada masalah, terkait hubungan dengan kelompok-kelompok lain," jelas Gus Yahya.
Gelaran Muktamar Internasional Fiqih Peradaban pada tahun 2023 ini merupakan forum umat Islam dunia yang pertama. Sebab PBNU ingin menjadikannya sebagai forum rutin tahunan atau sekurang-kurangnya 2 tahun sekali.
"Tapi kalau bisa tahunan, karena peradaban itu masalah besar dan tidak hanya selesai dalam satu diskusi," katanya.
Muktamar Internasional Fiqih Peradaban yang akan digelar sebagai agenda rutin itu bukan hanya dilakukan dengan diskusi, tetapi juga ada upaya-upaya lain. Di antaranya dengan riset, pengembangan wacana, penulisan terhadap bacaan-bacaan terkait.
"Nantinya akan sangat luas sekali kegiatannya," pungkas kiai yang pernah menjadi juru bicara Presiden Ke-4 RI KH Abdurrahman Wahid ini.
Pewarta: Aru Lego Triono
Editor: Muhammad Faizin