Gus Yaqut Ingatkan Kader Ansor Tak Bermental Kepiting dan Harus Seperti Kereta Api
Senin, 25 April 2022 | 02:21 WIB
H. Yaqut Cholil Qoumas mengingatkan seluruh kader di seluruh Indonesia tentang beberapa filosofi yakni kepiting, barisan, dan kereta api. (Foto: NU Online / Suwitno)
Jakarta, NU Online
Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Gerakan Pemuda (GP) Ansor H Yaqut Cholil Qoumas mengingatkan seluruh kader di seluruh Indonesia tentang beberapa filosofi yakni kepiting, barisan, dan kereta api. Ia kemudian meminta agar kader Ansor tidak bermental seperti kepiting.
“Kader Ansor harus keluar dari mentalitas kepiting. Mentalitas kepiting itu kalau sudah di dalam kotak, ada temannya mau naik ke atas, temannya yang di bawah itu bukan mendorong supaya bisa naik tetapi ditarik-tarik supaya nggak bisa naik dan turun lagi ke bawah,” tegasnya dalam Peringatan Hari Lahir (Harlah) GP Ansor di Kantor PP GP Ansor, Jl Kramat Raya 65 Jakarta Pusat, Ahad (24/4/2022).
Ia menegaskan, kader Ansor di mana pun harus siap membantu dan menyiapkan punggungnya bagi kader Ansor lainnya yang ingin menapaki pucuk kepemimpinan di negeri ini. Hal itu tentu harus didukung sebagai bagian dari upaya berkhidmat tanpa batas, sebagaimana tema yang diangkat dalam Peringatan Harlah Ke-88 Ansor ini.
Lebih lanjut Gus Yaqut memastikan bahwa kader Ansor bersama Barisan Ansor Serbaguna (Banser) selalu patuh pada instruksi dan perintah pimpinan. Hal ini sebagaimana filosofi barisan yang kerap diungkapkan.
Baca Juga
Sejarah Berdirinya Gerakan Pemuda Ansor
Di dalam barisan, langkah kaki yang berada di depan dengan langkah kaki yang ada di belakang harus seirama. Kalau orang yang ada di barisan depan melangkahkan kaki kanan maka orang yang di belakang juga harus melangkah menggunakan kaki kanan. Begitu pula jika melangkah dengan kaki kiri.
“Sekali dua kali kita ingatkan kalau ada yang salah dalam melangkah. Tetapi kalau terus-terusan salah, padahal sudah kita ingatkan terus, maka pilihannya dia harus keluar dari barisan,” tegas Gus Yaqut disambut tepuk tangan gemuruh hadirin.
Filosofi barisan itu berlaku untuk semua struktur Ansor dan Banser, dari pusat hingga ranting. Ketika sudah menjadi barisan maka seluruh kader harus mengikuti filosofi kereta api. Gus Yaqut kemudian menjelaskan filosofi kereta api yang berangkat tepat waktu dan hanya berhenti ketika sudah tiba pada tujuan.
“Kader Ansor harus seperti kereta api. Kereta api itu berangkat tepat waktu, siapa yang bisa menghadang pasti akan ditabrak dan hanya berhenti ketika sudah sampai tujuan. Tujuan kita tetap sama, tidak pernah berubah; menjaga para kiai, ulama, dan NKRI,” jelasnya.
Senada, Katib ‘Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Akhmad Said Asrori mengungkapkan bahwa kader Ansor dan Banser sejak awal didirikan selalu menjadi garda terdepan dalam menjaga tanggung jawab kebangsaan (amanah wathaniyah).
Menurutnya, Indonesia dengan keragaman yang dimiliki menjadi sebuah karunia besar yang diberikan Allah. Karena perbedaan yang ada, masing-masing masyarakat secara natural bisa memahami dan saling menghargai.
“Ini bagian dari menjaga persatuan dan kesatuan. Kita diberi karunia luar biasa. Negara yang bukan berdasarkan agama tapi juga bukan sekuler. Negara berdasarkan ideologi Pancasila yang bisa menyatukan seluruh warga Indonesia. Ini bagian tanggung jawab yang harus kita jaga bersama-sama. Di sini Ansor-Banser menjadi garda terdepan,” tegas Kiai Said Asrori.
Pewarta: Aru Lego Triono
Editor: Zunus Muhammad