Habib Ja’far Sebut Sains Tanpa Agama Berpotensi Menghancurkan
Ahad, 28 November 2021 | 20:30 WIB
Jakarta, NU Online
Pendakwah Milenial Habib Husein Ja’far Al Hadar menyebut pentingnya pendidikan sains yang dilengkapi dengan pemahaman agama. Hal tersebut ia sampaikan saat mengisi mauidhoh hasanah pada acara peluncuran Wakaf Pondok Pesantren Nahdlatul Ulama (NU) Pertama di Institut Pertanian Bogor (IPB), Sabtu (27/11/2021) malam.
“Sains itu memang harus juga dilengkapi dengan pemahaman keagamaan,” tutur Habib Ja’far.
Hal tersebut diutarakannya lantaran sains tanpa berbasis kepada pemahaman agama berpotensi menimbulkan kehancuran. Berkembang pesatnya sains tanpa dasar pemahaman agama, lanjut Habib Ja’far, membuat manusia lebih berorientasi kepada penemuan semata.
“Membuat manusia semakin jahat terhadap sekitarnya, alam dikeruk, minyaknya disedot. Begitu juga kepada sesama manusia. Ditemukan uranium untuk nuklir yang digunakan untuk menghabisi sesama manusia, lantaran sains tidak didasari oleh agama,” terang penulis bukubTuhan Ada di Hatimu tersebut.
Berkaca pada perkembangan sains di dunia Islam di bawah Kekhalifahan Abbasiyah, Habib Ja’far menyebut bahwa sains pada masa itu turut menciptkan kemajuan yang baik lataran para peneliti di masa kekhalifahan Abasiyah tersebut mengerti bahwa sesuatu ilmu tidaklah benar-benar bebas nilai.
“Dia harus dipastikan nilainya ke arah positif. Sehingga sainstis ketika melakukan penelitian kalau sekiranya penemuan tersebut digunakan untuk keburukan, maka ia akan memberikan disclaimer agar penelitian itu tidak disalah gunakan,” jelas Direktur Cultural Islamic Academy Jakarta itu.
Menghadirkan pembelajaran Islam di tengah lingkungan masyarakat IPB yang berlatarbelakang eksak menurut Habib Ja’far adalah sesuatu yang penting. Pasalnya, ‘orang eksak’ cenderung memiliki pola pikir tegak lurus, hitam-putih. Oleh karena itu, Habib Ja’far menilai pendidikan agama melalui program pesantren NU bisa menjadi jembatan untuk memahami agama berbasis kepada nilai kebudayaan.
“Budaya adalah penting karena kebudayaan ini mengajarkan kepada kita untuk berpikir tidak tegak lurus,” tutur Habib Ja’far.
Oleh karena itu, Habib Ja’far mendukung penuh proses pendirian pesantren NU di lingkungan IPB. Ia menilai dengan hadirnya pesantren NU tersebut dapat menciptakan atmosfer keberislaman yang teduh.
“Saya pribadi harus mendukung pendirian pondok pesantren NU di IPB,” kata pria berdarah Madura tersebut.
“Itu urgensinya untuk kita saling bekerja sama menyukseskan pesantren NU di IPB. Sehingga, dipastikan bukan unggul ipteknya (ilmu pengetahuan dan teknoloi) tapi juga imtaknya (iman dan takwa). Karena walaupun kita canggih saintifik, kalau kita tidak canggih spiritual, ya repot juga,” pungkasnya.
Kontributor: Nuriel Shiami Indirphasa
Editor: Muhammad Faizin