Jakarta, NU Online
Musytasyar PWNU Jawa Tengah Habib Syech bin Abdul Qadir Assegaf mengenang akhlak gurunya, Habib Anis bin Alwi al-Habsyi yang tak pernah ia lupa, selalu diingat. Hal itu disampaikan dalam wawancara video yang diunggah Youtube NU Online Selasa (18/8/2021).
Alkisah, selepas tarawih di bulan Ramadhan biasanya Habib Anis masuk ke zawiyah dan duduk bersama jamaahnya untuk mendengarkan kasidah. Setelah itu Habib Anis bercerita sambil menikmati hidangan.
"Waktu itu saya datang terlambat," kata Habib Syech. Melihat keterlambatannya, Habib Anis kemudian memanggil.
"Kamu kemari, duduk di samping saya," kata Habib Anis.
Ia pun mendekat dan melantunkan kasidah. "Kalau saya baca kasidah, saya lihat wajah Habib Anis tambah asyik, gitu, terus kasidah saya asyik-asyikkan," ungkapnya, dalam bahasa Jawa. "Pamer, saya, sama Habib Anis, memang. Saya pamerkan supaya beliau mendoakan saya dengan kasidah yang saya baca," Habib Syech memberi alasan.
"Waktu itu Habib Anis mengatakan, ‘kamu duduk sini, duduk sini,’ terus Habib Anis menceritakan kepada yang hadir, ‘kamu tahu, ndak, saya suruh Habib Syech duduk di sini? Karena Syekh itu mempunyai jamaah banyak. Kalau tidak didudukkan di sini, nanti jamaahnya akan mengatakan saya apa?’" ungkapnya, menirukan.
Di saat itulah, pelantun Shalatum Bissalamil Mubin merasa tak pantas duduk bersamanya.
"Jadi di situ Habib Anis mendidik saya secara tidak langsung, siapa pun orang itu, baik (atau) tidak baik menurut Anda, tapi orang itu punya massa dan punya umat, wajib atasmu untuk menghormatinya," ungkap Habib Syech, memetik pelajaran.
Setelah peristiwa itu, ia bershalawat dari majelis ke majelis. Ketika didatangi orang dan mengatakan, "Itu orang percuma, Habib, tidak usah didudukkan," maka ia teringat nasihat Habib Anis: Dia (orang yang diajak duduk di atas panggung) punya umat.
"Nanti kalau tidak saya dudukkan atau tidak saya orangkan, umatnya akan mengatakan, 'Uh, Habib Syech, guruku tak dihormati.' Itu salah satu adab di antara sekian adab yang luar biasa,” tegasnya.
Menurutnya, Habib Anis merupakan orang yang pandai menerapkan sesuatu pada tempatnya. Di sisi lain, Habib Anis juga keras jika ada sesuatu yang tidak benar terkait agama.
"Tapi kalau dalam urusan umum, urusan masyarakat, beliau selalu tersenyum. Itu satu di antaranya, adab dan akhlak, cara untuk hidup bermasyarakat. Itu Habib Anis," terangnya.
Tentu tidak hanya itu, masih banyak lagi kisah keteladanannya. Ia membagikan satu lagi.
"Beliau itu (kepada) siapa pun yang datang, tua-muda, dihormati. Ditanya ‘apa kabarnya, sehat? Apa kamu sehat?’ Itu selalu. Ini enak. Kamu datang, misalnya, sama satu orang: ‘apa kabar, Mas? Sehat Mas? Gimana, keluarga sehat?’ seneng enggak?" ungkap pria yang identik dengan pakaian putih itu.
"Kalau ada orang cemberut saja didatangi, ‘mau perlu apa?’ Mumet kita ngadepi," imbuhnya.
Habib Syech mengingatkan warga NU khususnya, harus mempunyai adab dan akhlak dalam berkomunikasi dengan siapa pun. "Jangan cemberut saja, jadi orang yang murah senyum, terutama senyum sama musuh," ajak pria yang memiliki ribuan jamaah berjuluk Syekher Mania.
"Kalau sama orang yang cinta sama kamu, kamu senyum wajar, apalagi orang yang mau datang memberi duit kepada kamu, terus kamu senyam-senyum samapi subuh. Itu wajar itu. Bagaimana kamu bisa tersenyum kepada orang yang menyakiti dirimu. Uh, itu orang luar biasa. Itu sekilas pesan daripada Habib Anis bin Alwi Bin al-Habsyi," pungkasnya.
Kontributor: Akhmad Naufa Khoirul Faizun
Editor: Kendi Setiawan