Jakarta, NU Online
Pengasuh Pesantren Asrama Pelajar Islam (API) Tegalrejo Magelang, Jawa Tengah KH Yusuf Chudlori mengingatkan bahwa sebenarnya saat ini sedang terjadi ‘perang’ di dunia khususnya di media sosial. Perang di sini bukan hanya perang fisik semata, namun juga perang yang tak tampak oleh mata yakni perang opini, pengaruh, dan pemikiran.
Menurutnya, zaman yang dinamakan sebagai Era Post-Truth, yakni saat kebohongan/ kesalahan dapat menyamar menjadi kebenaran, sudah nyata terjadi. Sehingga ketika bagi yang berpaham moderat dan menjunjung tinggi nilai-nilai toleransi hanya diam saja melihat ketidakbenaran, dengan tidak melakukan konter narasi pada hoaks di medsos, maka bisa menjadikan dunia hancur.
“Kebenaran, yang diucapkan: 'Salah, salah, salah, salah', maka masyarakat akan memahami, bahwa kebenaran itu adalah sebuah kesalahan. Sebaliknya kesalahan yang di-branding (kemas) dan di-trending-kan (viral) bisa menjadi kebenaran,” kata pria yang akrab disapa Gus Yusuf ini.
"Gunakan gadget sampean. Gunakan HP sampean sebagai alat kita jihad hari ini. Jihad melawan fitnah. Jihad melawan kebohongan-kebohongan. Yang kita hadapi hari ini adalah Ahlul Fitnah wal Jama'ah. Wes wayahe “Sing waras akale ojo ngalah”, ajaknya.
Apalagi dalam situasi pandemi yang tengah mewabah saat ini menjadikan masyarakat memiliki waktu banyak untuk menghabiskan waktunya di media sosial. Tingginya intensitas masyarakat berselancar di dunia maya memiliki dua konsekwensi yakni positif dan negatif. Hal positifnya adalah masyarakat bisa tetap berinteraksi dengan orang lain secara virtual sehingga tak terpapar Covid-19 dan mampu menekan penyebarannya.
Namun sisi negatifnya menurutnya, jika masyarakat tidak berhati-hati dalam beraktivitas di media sosial, maka kemungkinan besar akan terpapar hoaks dan hal-hal lain yang rentan muncul seperti ujaran kebencian dan provokasi. Intensitas penyebaran hoaks di tengah pandemi sendiri semakin meningkat yang dilatarbelakangi berbagai motif mulai dari ekonomi, politik, sampai motif agama.
“Kita harus bisa menjaga diri kita, anak-anak kita, keluarga kita, agar jangan mudah percaya terhadap hoaks,” ajak Gus Yusuf melalui akun Facebook-nya, Ahad (11/7).
Gus Yusuf ini mengingatkan agar dalam menerima informasi di media sosial, setiap orang harus memastikan kebenarannya dengan melakukan cek-ricek (tabayun) kepada orang yang lebih tahu. Jika itu terkait dengan kesehatan, maka bisa bertanya kepada tenaga medis seperti dokter.
“Kalau soal agama, bertanyalah kepada ahlinya. (Kepada mereka) Orang-orang yang jelas nasab keilmuan pendidikannya, orang-orang yang jelas akhlak kesehariannya. Karena agama itu akhlak, bukan hanya otak,” imbaunya.
Karena menurut Gus Yusuf, otak sepintar apapun jika tidak memiliki akhlak atau berakhlak buruk, maka tidak ada artinya bagi agama.
Pewarta: Muhammad Faizin
Editor: Kendi Setiawan