Indeks Literasi Al-Qur’an Kategori Tinggi, Kemenag Berkomitmen Perkuat Pembelajaran Qur’an
Jumat, 13 Oktober 2023 | 07:00 WIB
Direktur Penais Ditjen Bimas Islam H Ahmad Zayadi (tengah) saat berbicara tentang indeks literasi Al Qur'an di kantor Kemenag Thamrin Jakarta. (Foto: NU Online/Musthofa Asrori)
Jakarta, NU Online
Meski hasil indeks survei Literasi Al-Qur’an berkategori tinggi, Kementerian Agama melalui Direktorat Penais Ditjen Bimas Islam, tetap berkomitmen memperkuat pembelajaran Al-Qur’an di masyarakat melalui berbagai kebijakan dan program strategis dan efektif.
Direktur Penais Kemenag H Ahmad Zayadi menyampaikan hal tersebut menyusul dirilisnya indeks hasil survei 'Potensi Literasi Al-Quran Masyarakat Indonesia'. Survei Nasional ini mengambil sampel sebanyak 10.347 responden, sedangkan skor Indeks Literasi Al-Quran di tahun 2023 mencapai angka 66,038 (kategori tinggi).
Menyikapi hasil survei tersebut, Zayadi mengatakan bahwa Kementerian Agama selama ini telah berupaya maksimal untuk memberikan layanan keagamaan di masyarakat khususnya dalam bidang pembelajaran Al-Qur’an.
"Untuk meningkatkan indeks literasi Al-Qur’an, kami akan terus mengoptimalkan program pembelajaran Al-Quran melalui peran para aktor bidang layanan keagamaan seperti penyuluh agama, majelis taklim, ormas keislaman, dai/daiyah, dan LPTQ," kata Zayadi di Jakarta, Rabu (11/10/2023).
Pria asal Brebes Jawa Tengah ini juga mendorong masyarakat agar dapat mengikuti majelis pembelajaran Al-Quran yang berada di desa/kelurahan atau di sekitar tempat tinggal masing-masing dalam rangka meningkatkan kemampuan Baca dan Tulis Al-Quran (BTQ).
"Zaman sekarang materi pembelajaran Al-Quran juga bisa diperoleh dari media sosial, karena sudah terbukti signifikan berdampak terhadap peningkatan kompetensi BTQ," jelas mantan Sekretaris BAZNAS ini.
Zayadi menilai, salah satu kunci membaca Al Qur’an dengan lancar yakni mempelajari kaidah-kaidah tajwid dasar yang berfungsi untuk menghindari kesalahan ketika membaca kitab suci tersebut.
Baca Juga
Inilah Tiga Metode Baca Al-Quran
“Selain itu, penting juga peningkatan kuantitas dan kualitas dari pengajar, ketersediaan majelis pembelajaran Al-Quran, peningkatan frekuensi dan kualitas program literasi BTQ melalui kegiatan bersama dengan pemerintah daerah,” ujar pria yang juga sebagai Sekretaris LPTQ Nasional itu.
Pihaknya menghimbau agar LPTQ di seluruh jenjang mulai kecamatan hingga provinsi di Indonesia membuat program peningkatan Literasi Al-Quran yang dampaknya dapat dirasakan langsung oleh masyarakat.
“Mari seluruh jajaran LPTQ di Indonesia agar menguatkan perannya dalam membimbing masyarakat di daerah masing-masing untuk meningkatkan kemampuan baca dan tulis Al-Quran,” ajak Zayadi.
Bahan evaluasi bersama
Kasubdit Lembaga Tilawah dan Musabaqah Al-Qur’an dan Al-Hadits Rijal Ahmad Rangkuty pada kesempatan yang sama mengungkapkan bahwa hasil survei tersebut menjadi bahan evaluasi bersama untuk penguatan dan inovasi program di bidang literasi dan pembelajaran Al-Qur’an di masyarakat.
Ia juga berharap, kalangan masyarakat Muslim agar membangun kesadaran bersama demi membumikan ajaran Al-Qur’an melalui rajin membaca, memahami, dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.
“Mengamalkan Al-Qur’an tidak hanya melalui tafsir tunggal, melainkan juga beragam tafsir dari ulama yang berkompeten. Dengan dekat Al-Qur’an, semoga hidup kita semakin berkah dan bermanfaat,” harap Rijal.
Dari skor Indeks Literasi Al-Qur’an sebesar 66,038, ditemukan bahwa responden mengenali huruf dan harakat Al-Qur’an (61,51%), mampu membaca susunan huruf menjadi kata (59,92%), mampu membaca ayat dengan lancar (48,96%), dan membaca Al Qur’an dengan lancar sesuai tajwid (44,57%), sehingga didapati responden yang belum memiliki literasi baca Al-Qur’an sebesar 38,49%.
Survei ini juga menemukan bahwa ada sebanyak 11,3% responden yang tidak tersedia Mushaf Al-Qur’an di rumahnya. Adapun peran penyuluh agama berdampak dengan skor 78,2 bagi masyarakat yang mengikuti Program Penyuluhan Literasi Al-Qur’an.
Ditemukan juga data bahwa sebanyak 22,2% responden mengaku tidak ada majelis pembelajaran BTQ di tempat tinggalnya. Jika pun ada, sebesar 59,36% responden tidak pernah mengikuti majelis pembelajaran BTQ di sekitar tempat tinggal.