Indeks Literasi Digital Warganet Indonesia Masih Rendah, Skornya Cuma 3,47
Senin, 26 September 2022 | 18:30 WIB
Jakarta, NU Online
Certified Fact Checker Google News Initiative Catur Ratna Wulan, menyampaikan bahwa Survei Literasi Digital di Indonesia menunjukkan tingkat literasi masyarakat masih terbilang cukup rendah. Ia mengungkapkan bahwa indeks literasi digital Indonesia berada di level 3,47.
“Skor ini artinya posisi literasi warganet Indonesia belum cukup baik (skor 4),” ungkap dia pada Talkshow Literasi Digital untuk Kesetaraan Gender yang diselenggarakan Kopri PMII Kabupaten Bandung, di Bandung pada Ahad (25/9/2022).
Ia melanjutkan, hal itu menunjukkan bahwa adaptasi internet dan kepemilikan gawai yang terus bertambah ternyata belum dibarengi dengan literasi yang mumpuni.
Selaras dengan itu Direktur SAPA Institute Sri Mulyani menyebutkan bahwa rendahnya edukasi digital di Indonesia sangat berpengaruh terhadap etika bermedia di ruang maya. Salah satunya, tercermin pada banyaknya kasus yang menampilkan pengguna internet masih belum berkeadilan gender.
“Beberapa tindakan kekerasan atau pelecehan seksual yang merugikan salah satu gender, terutama perempuan melalui perantara teknologi internet,” terang dia.
Untuk itu, Kepala Bidang Aptika Diskominfo Kabupaten Bandung Lusianto, mengatakan bahwa pembelajaran berinternet secara sehat menjadi hal yang dienyam dan dikuasai para pengguna internet guna menciptakan iklim berinteraksi di ruang digital yang sehat dan aman.
Ia menjelaskan, memiliki kecakapan beretika dalam penggunaan internet sendiri bertujuan untuk menciptakan pemahaman penggunaan internet secara bijak dan memaksimalkan dampak positif dari berinternet.
Untuk mencapai tujuan tersebut, lanjut Lusianto, diharapkan semua elemen harus terlibat untuk menjaga produksi dan konsumsi internet yang sehat akal.
“Dan yang terlibat adalah peranan keluarga, orang tua, guru, dosen, pemerintah, komunitas, asosiasi, lembaga pelatihan, anak-anak, remaja, dan siswa,” ujarnya.
Peran perempuan di dunia maya
Dosen Ilmu Komunikasi dari Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Gunung Djati Bandung Susanti Ainul Fitri, mengatakan bahwa seiring perkembangan zaman yang pesat, perempuan dinilai harus dapat memanfaatkan ruang gerak yang tersedia untuk mengambil peran. Dalam hal ini, media digital merupakan sarana yang sangat potensial.
“Peran perempuan sangat dibutuhkan dan sangat harus diberikan ruang-ruang bergerak agar perempuan bisa merasa adil dalam perlakuan media massa dan tidak menjadi objek yang dipojokkan di media massa,” pungkasnya.
Pewarta: Nuriel Shiami Indiraphasa
Editor: Aiz Luthfi