Ini 2 Suwuk yang Disampaikan Gus Yahya dalam Rakernas Lembaga Kesehatan PBNU
Jumat, 11 Agustus 2023 | 20:00 WIB
Ketua Umum PBNU KH Yahya Cholil Staquf (Gus Yahya) saat memberikan sambutan pada Rakernas LKNU di Semarang, Jawa Tengah, Jumat (11/8/2023). (Foto: istimewa)
Jakarta, NU Online
Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Yahya Cholil Staquf menyampaikan 2 bacaan Suwuk (doa kesehatan) untuk menyapih bayi dan memudahkan proses persalinan. Suwuk sendiri merupakan wujud para ulama dan kiai Nusantara dalam mengelola umat di bidang kesehatan. Hal itu disampaikannya pada Rapat Kerja Nasional Lembaga Kesehatan PBNU di Semarang, Jawa Tengah, pada Jumat (11/8/2023).
Berbagai macam jenis suwuk menurut Gus Yahya, dimiliki oleh para kiai dan diwariskan kepada para santrinya termasuk Gus Yahya mengaku memilikinya. Dengan berbagai bahasa dan kalimat yang unik-unik, suwuk itu menurut Gus Yahya mujarab jika diawali dengan Bismillah dan diakhiri dengan kalimat tauhid.
“Bismillahirahmannirrahim, Cermo ratu, Si bayi lalio duduh susu, Ilingo sego lan banyu, Adem asrep, saking Allah ta’ala, Lailahailallah, Muhammadur Rasulullah. (Dengan menyebut nama Allah yang maha pengasih dan maha penyayang, Cerma ratu, Si bayi lupalah air susu, Ingatlah nasi dan air, Adem asrep sesuai kehendak Allah ta’ala, Tiada Tuhan selain Allah, Muhammad adalah utusan Allah,” kata Gus Yahya membacakan salah satu doa dalam suwuk untuk menyapih anak kecil dengan kaifiyah atau tatacara khusus.
Pada kesempatan tersebut, Gus yahya pun menyampaikan satu lagi kalimat suwuk sebagai ikhtiar agar para ibu melahirkan bayinya dengan lancar.
“Bismillahirrahmanirrahim, He jabang bayi. Nek kowe pingin weruh gebyaring Islam Nusantara, ndang metuo, Lailahailallah, Muhammadur Rasulullah,” katanya memberikan kalimat suwuk tersebut setelah tenarnya istilah Islam Nusantara setelah Muktamar NU di Jombang pada 2015.
Gus Yahya mengungkapkan bahwa para ulama dan kiai di Nusantara ini memiliki tradisi yang unik dan khas dan tidak ditemukan di berbagai belahan dunia lainnya. Ulama Nusantara tidak hanya berkhidmah dalam bidang ilmu (khidmatul ilm) dengan mengkaji dan mengajarkannya kepada umat Islam, namun mereka melaksanakan tanggung jawab dalam mengasuh dan mengelola umat (ri’ayatul ummah).
“Kalau di tempat lain, di Timur Tengah dan lain-lain, tanggung jawab ri’ayatul ummah itu sepenuhnya ada di tangan sultan, di tangan pemerintah, di tangan penguasa politik,” ungkapnya.
Gus Yahya mengatakan bahwa apa saja yang menjadi hajat umat mulai dari sisi ekonomi, pendidikan, keluarga, termasuk kesehatan diurus oleh para kiai. Sehingga menurutnya, para kiai dan umat memiliki ikatan batin yang kuat dan saling kenal secara mendalam. “Sebagian besar waktunya kiai habis untuk menemui tamu karena sehari-hari tamu mulai pagi sampai menjelang ashar itu ndak putus-putus, dengan segala macam hajatnya,” ungkapnya.
Seiring dengan berkembangnya zaman, peran-peran kiai dulu dalam ri’ayatul ummah yang dilakukan secara pribadi harus diproyeksikan ke dalam peran Nahdlatul Ulama. Peran-peran itu menurutnya harus dijalankan oleh NU secara jamiyyah.
“Maka kegiatan-kegiatan, program-program, aktivisme organisasi Nahdlatul Ulama ini harus diarahkan peran riayatul ummat. Nahdlatul Ulama harus mengakrabi umat. Harus bergulat langsung bersama mereka,” tegasnya pada acara yang juga dihadiri Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin.
Kegiatan Raker ini juga dibarengkan dengan Musyawarah Nasional (Munas) serta Koordinasi Nasional Perhimpunan Dokter NU (PDNU), Asosiasi Rumah Sakit NU (Arsinu) dan Asosiasi Perguruan Tinggi Kesehatan NU (Aptikesnu). Dengan berkumpulnya insan-insan kesehatan ini, Ketua Lembaga Kesehatan PBNU dr Zulfikar As’ad berharap dapat menyatukan arah dalam program penanganan kesehatan PBNU.
Ia mengungkapkan bahwa pihaknya tengah menyiapkan sebuah buku panduan bagi LK di wilayah dan cabang dalam pendirian fasilitas kesehatan seperti rumah sakit dan klinik. Buku ini merupakan upaya pihaknya dalam mewujudkan program NU di mana setiap NU di wilayah dan cabang memiliki rumah sakit atau klinik.
Saat ini lanjutnya, terdapat 40 Rumah Sakit NU yang berada dalam naungan Asosiasi Rumah Sakit NU (Arsinu) dengan status milik perkumpulan maupun yayasan yang semuanya bergerak bersama memberikan layanan kepada masyarakat.
Pewarta: Muhammad Faizin