Jakarta, NU Online
Ketua Satuan Tugas (Satgas) Nahdlatul Ulama (NU) Peduli Covid-19 dr Muhammad Makky Zamzami menjelaskan beberapa gejala yang dialami pasien terpapar Covid-19, salah satunya varian Omicron. Gejalanya sama dengan gejala Covid-19 pada umumnya yakni batuk, flu, demam, kelelahan, diare, sesak napas, dan anosmia.
“Hampir sama dengan varian Delta,” terangnya saat dihubungi NU Online, Kamis (3/2/2022).
Ia mengatakan, gejala tersebut akan berbeda apabila terjadi kepada pasien yang telah menerima vaksin dan belum. “Ada perbedaan sangat jauh antara yang sudah divaksin dan belum divaksin,” katanya.
Pertama, pasien yang sudah divaksin cenderung bergejala ringan hingga sedang. Ia menerangkan, pasien bergejala ringan adalah mereka yang masih dapat melakukan aktivitas seperti biasa dan akan pulih tanpa perlu dirawat di rumah sakit. Pasien bergejala sedang, sambung dr Makky, adalah pasien yang memerlukan perawatan infus dan pengawasan dari petugas kesehatan.
Kedua, pasien yang sudah divaksin berpotensi lebih kecil mengalami keparahan penyakit. Ketiga, tingkat kesembuhan pasien yang sudah divaksin terbilang sangat tinggi.
Sedangkan bagi pasien yang belum vaksin, dr Makky mengatakan mereka berpotensi alami gejala berat. Paling utama ketika bergejala berat adalah pasien memerlukan perawatan di ICU. Tingkat saturasi oksigen pasien menurun, juga sesak napas hingga memerlukan ventilator.
Senada, Pakar Epidemiologi dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKM UI) dr Syahrizal Syarif mengatakan hal serupa. Vaksinasi sangat berdampak kepada berdampak kepada gejala tingkat keparahan penyakit pada seseorang.
Menurutnya, seseorang yang telah menerima vaksin dua dosis relatif mengalami gejala ringan. Sedangkan, seseorang yang baru mendapatkan vaksinnya satu dosis berpotensi gejalanya sedang.
“Apalagi yang belum divaksin, itu umumnya menimbulkan gejala yang serius,” katanya.
Upaya pencegahan
Dokter Makky menjelaskan beberapa upaya pencegahan terhindar dari paparan virus Covid-19 termasuk varian Omicron. Pertama, disiplin menerapkan protokol kesehatan. Menurutnya, upaya tersebut adalah salah satu kunci utama sekaligus ikhtiar paling murah meriah yang bisa dilakukan seseorang menghindari tertular Covid-19.
“Kita harus meningkatkan kewaspadaan diri, sehingga kita lebih berhati-hati menjaga jarak,” katanya.
Menurutnya, penjagaan prokes di tengah masyarakat sempat kendur, utamanya ketika kasus harian melandai. Dengan situasi saat ini, ia mengimbau masyarakat untuk saling mengingatkan kembali terkait disiplin prokes.
Selain itu, ia menutur masyarakat untuk memperhatikan asupan harian dengan mengonsumsi makanan bergizi, berolahraga, berjemur, serta mengelola stres.
“Jangan begadang atau punya stres. Itu menurunkan imun kita. Ditambah dengan kebijakan pemerintah mengatur kembali PPKM dengan masing-masing levelnya, itu akan cukup membantu menekan laju penambahan kasus,” pungkasnya.
Kontributor: Nuriel Shiami Indiraphasa
Editor: Muhammad Faizin