Inovasi Siswa Madrasah Tsanawiyah, dari Ciptakan Kamus hingga Teknologi Pemurnian Air
Jumat, 6 September 2024 | 22:00 WIB
Rafa Tsabitah Azalia dan Rifadiyah Khairunisa, dua siswa MTs Minhajut Tholabah Purbalingga Jawa Tengah di ajang Madrasah Young Researchers (MYRES) 2024 di Ternate, Maluku Utara. (Foto: Kemenag)
Ternate, NU Online
Kementerian Agama (Kemenag) menggelar ajang Madrasah Young Researchers (MYRES) 2024 di Ternate, Maluku Utara. Penyelenggaraan ini memunculkan sejumlah inovasi progresif dari civitas academica madrasah, di antaranya pembuatan kamus berdasarkan i’lal hingga teknologi pemurnian air bagi warga terdampak banjir.
Adalah Rafa Tsabitah Azalia dan Rifadiyah Khairunisa, dua siswa MTs Minhajut Tholabah Purbalingga Jawa Tengah, yang berhasil menghadirkan aplikasi QILAL (Qamus Qawaidul I’lal), sebuah kamus digital yang dirancang untuk memudahkan pembelajaran Bahasa Arab, terutama kaidah nahwu sharaf berbasis i’lal.
Penelitian ini bertujuan untuk membantu santri memahami perubahan kata dalam Bahasa Arab, yang sering kali menjadi tantangan besar dalam mempelajari kitab-kitab klasik. QILAL hadir sebagai solusi inovatif yang memadukan teknologi dengan metode pembelajaran tradisional.
Rafa Tsabitah Azalia, menjelaskan bahwa dirinya melihat banyak santri yang mengalami kesulitan memahami kaidah I’lal dalam Bahasa Arab, terutama saat mempelajari kitab-kitab klasik.
"Melalui aplikasi QILAL, kami ingin memberikan solusi praktis yang dapat membantu santri belajar dengan lebih mudah dan menyenangkan," ujarnya pada Kamis (5/9/2024).
Menurutnya, QILAL tidak hanya menjadi kamus digital, tapi juga alat pembelajaran interaktif yang membantu santri memahami perubahan kata secara lebih mendalam, sehingga mereka bisa lebih percaya diri dalam mempelajari Bahasa Arab.
Baca Juga
Madrasah dari Masa ke Masa
Menurut hasil penelitian, aplikasi QILAL memiliki tingkat kelayakan yang sangat tinggi, dengan persentase kelayakan materi sebesar 95 persen dan kemenarikan sebesar 91 persen. Peningkatan prestasi belajar santri setelah menggunakan aplikasi ini juga sangat signifikan, mencapai 95,85 persen. Hal ini menunjukkan bahwa santri tidak hanya dapat bersaing di bidang agama, tetapi juga di ranah teknologi pendidikan.
Aplikasi QILAL tidak hanya menawarkan kamus digital biasa, tetapi juga dilengkapi dengan fitur pencarian kata yang canggih, termasuk input suara dan penggunaan kamera, sehingga semakin memudahkan santri dalam mengakses materi pembelajaran. Fitur ini mendapat sambutan hangat dari pengguna, baik santri maupun guru madrasah.
“Dengan QILAL, belajar Bahasa Arab menjadi lebih menyenangkan dan mudah dipahami. Kami bangga bisa menghadirkan inovasi yang bermanfaat bagi teman-teman santri lainnya,” ujar Rafa Tsabitah.
Sementara itu, Rifadiyah Khairunisa, mengungkapkan bahwa salah satu tantangan terbesar dalam mempelajari Bahasa Arab adalah memahami perubahan kata-kata yang rumit dalam kaidah I'lal. Kami berharap QILAL dapat mempermudah proses pembelajaran tersebut, baik bagi santri pemula maupun yang sudah lanjut.
"Kami merancang aplikasi ini agar tidak hanya informatif, tetapi juga mudah diakses oleh semua kalangan, dari santri hingga guru. Kami percaya bahwa teknologi bisa menjadi jembatan yang memudahkan belajar Bahasa Arab," kata Rifa.
Rifa berharap aplikasi QILAL dapat terus dikembangkan dan menjadi acuan bagi santri di seluruh Indonesia, sehingga semakin banyak santri yang terbantu dalam memahami Bahasa Arab, terutama kaidah I'lal.
"Semoga penelitian ini bisa menginspirasi siswa serta santri lainnya untuk terus berinovasi dan memanfaatkan teknologi dalam mendukung pembelajaran, khususnya dalam bidang ilmu agama," tutupnya.
Teknologi tenaga surya pemurnian air
Sementara itu, Lukluil Mansyur Ramdani dan Dwi Tasya Areta berhasil menciptakan 'SOLAROIT', teknologi pemurni air tenaga surya berbasis membran reverse osmosis dengan sensor IoT. Dua siswa MTs Negeri 5 Demak itu menciptakan hal tersebut dilatari banjir rob yang kerap melanda Desa Timbulsloko, Kecamatan Sayung, Kabupaten Demak, yang membuat masyarakat sulit untuk mengakses air bersih.
"Solusi kami ini bertujuan untuk mempermudah pengelolaan air minum di Desa Timbulsloko," jelas mereka. Keberadaan banjir rob dan tingginya harga air minum luar desa mendorong mereka untuk menciptakan alat yang hemat energi ini.
SOLAROIT menggabungkan tiga sistem utama, yakni Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS), Membran RO, dan Sensor IoT, untuk memurnikan air dengan hasil yang sesuai standar Permenkes RI No.02/Permenkes/11/2023. Alat ini tidak hanya meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat dengan menyediakan air bersih, tetapi juga mengurangi biaya dan mendukung kesejahteraan ekonomi lokal.
Lebih dari itu, teknologi ini dapat memantau kualitas air secara real-time dengan integrasi machine learning untuk memastikan air yang dihasilkan selalu memenuhi standar kesehatan dan meningkatkan kinerja sistem.
Hasil inovasi ini menjadikan mereka salah satu finalis dalam Madrasah Young Researches (MYRES) 2024, yang dipresentasikan di Ternate, Maluku Utara pada 4 September 2024. Penelitian mereka dipamerkan di Expo MYRES pada 5 September 2024 bersama 35 tim peneliti muda dari madrasah lainnya